Tahun 1907 menjadi momen bersejarah. Baden-Powell mengumpulkan 20 anak laki-laki dari berbagai kalangan. Ada anak bangsawan kaya, ada anak buruh miskin. Mereka semua dibawa ke Pulau Brownsea, sebuah pulau kecil di Dorset, Inggris.
Kenapa Brownsea? Karena pulau itu tenang, alami, jauh dari keramaian kota, dan milik seorang sahabat Baden-Powell, Charles van Raalte. Tempat yang pas untuk sebuah eksperimen pendidikan.
Selama 9 hari (31 Juli - 9 Agustus 1907), mereka berkemah. Anak-anak belajar membuat tenda, memasak dengan api unggun, mengikat simpul tali, membaca rasi bintang, hingga bermain sandi rahasia.
Baden-Powell membagi mereka dalam patroli kecil, dipimpin oleh pemimpin muda. Sistem ini membuat anak-anak belajar tanggung jawab sejak dini. Mereka juga dilatih memberi salam dengan tiga jari, sebagai simbol janji setia kepada Tuhan, sesama, dan diri sendiri.
Bagi anak-anak itu, pengalaman di Brownsea lebih dari sekadar liburan. Mereka pulang dengan wajah ceria, cerita seru, dan - yang paling penting - karakter yang lebih kuat.
4. Buku yang Menggemparkan Dunia
Setelah Brownsea, Baden-Powell menulis buku "Scouting for Boys" (1908). Buku ini ibarat panduan lengkap kepanduan, namun ditulis dengan gaya petualangan. Ada gambar-gambar menarik, cerita seru, sekaligus pelajaran hidup.
Buku itu laris luar biasa. Anak-anak di seluruh Inggris membentuk kelompok kepanduan sendiri. Tidak lama, gerakan ini menyebar ke seluruh dunia.
Pada 1920, diadakan Jambore Dunia pertama di Olympia, London. Ribuan pemuda dari berbagai negara berkumpul. Baden-Powell diangkat sebagai Chief Scout of the World (Bapak Pandu Sedunia).
Sejak itu, kepanduan resmi menjadi gerakan internasional, dengan induk organisasi bernama World Organization of the Scout Movement (WOSM).
5. Kepanduan Menyeberang ke Nusantara