Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengamati Bintang dengan Mata Telanjang, Bisakah?

13 April 2024   08:49 Diperbarui: 13 April 2024   08:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi komparasi langit dulu dan sekarang (dokpri)

 | BiBi[] (bibi-star.jp) 
 | BiBi[] (bibi-star.jp) 

Mengapa mata kita begitu lemah?

Seperti kita tahu jarak bintang terjauh dengan mata sehat kurang lebih 6.500 tahun cahaya. Sedangkan, jumlah mata sehat dunia selalu menurun seiring dengan peningkatan penggunaan gadget secara keseluruhan. Tentu, angka 6500 tahun ini akan menjadi tak relevan.

Di samping itu, struktur mata kita sendiri juga tak mendukung untuk melihat benda jauh. Retina mata manusia memiliki sel-sel reseptor cahaya dengan sensitivitas terbatas, berbentuk batang dan kerucut. Batang bisa sensitif dengan benda redup, tetapi tidak bisa membedakan warna. Sedangkan, kerucut kurang sensitif dengan benda redup, tetapi bisa membedakan warna. 

Sebagai tambahan, ukuran bola mata kita sebagai makhluk bumi tergolong kecil dibandingkan dengan beberapa hewan nokturnal. Semakin kecil bola mata bisa diartikan semakin sedikit juga cahaya masuk ke dalam mata, sehingga membatasi kemampuan untuk mengamati.

Meski demikian, para astronom sudah menemukan teleskop sejak abad ke-17. Teleskop tak bisa dibantah sangat berguna dalam membantu kita, semenjak bisa mengumpulkan lebih banyak cahaya, sehingga penangkapan objek juga jauh lebih terang dan detail. Bahkan, teleskop terjauh dari James Webb diperkirakan mampu menangkap objek hingga jarak 130 miliar tahun cahaya.

Seberapa jauh manusia menjaga

dokumen pribadi komparasi langit dulu dan sekarang (dokpri)
dokumen pribadi komparasi langit dulu dan sekarang (dokpri)

Kita semua tahu peradaban manusia sudah berusaha cukup maksimal untuk urusan mengamati benda langit, juga mencari tanda kehidupan dari luar angkasa. Bukan cuma untuk mengetahui, tetapi juga menjaga semua bisa tetap lestari.

Ketakutan terbesar dari bintang-bintang di angkasa merupakan polusi cahaya, sebab semakin tebal polusi cahaya bertebaran dalam atmosfer akan mengganggu pancaran bintang dari luar menuju ke dalam. Terlebih, pancaran bintang dari luar memang tak terlalu terang.

Polusi cahaya ini termasuk dari gedung-gedung, supermarket, hingga industri saat malam hari. Semua sinar yang sengaja diarahkan ke atas untuk mendapatkan penerangan lebih baik. Ini tidak hanya mengganggu ekosistem langit, tetapi juga kehidupan binatang nokturnal secara keseluruhan.

Dari sini peran kita sebagai insan bumi untuk menjaga semua hal ini berbagai perkumpulan, termasuk International dark-sky association, Globe at night, The World at night dan masih banyak lagi, yang tak kenal lelah mengadvokasi urgensi penggunaan intelligent lighting dalam menjaga kelestarian langit.

Setelah semuanya, memang sudah menjadi sebuah keharusan untuk menjaga penampakan, langit malam Nyepi di Bali harus berlangsung lebih lama dan luas. Sampai titik ini, kita semua sudah mengerti tentang peran untuk membuat langit lestari. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk tidak berkontribusi dalam menjaga semua ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun