Tetapi, menurut Ika Krismantari, M.A, Deputi Editor Eksekutif The Conversation Indonesia, efektif atau tidak efektifnya suatu media tidak dinilai dari jumlah pembaca atau pendengar yang mendapat pesan itu sendiri, tetapi lebih kepada perubahan sikap dari pembaca atau pendengar. Contohnya, ketika suatu media memberikan berita mengenai kaum LGBT, bukan berarti media tersebut menargetkan buzz sebanyak-banyaknya agar orang mengetahui berita mereka, tetapi media tersebut menargetkan agar orang yang menerima pesan tersebut dapat merubah persepsi mereka tentang topik tersebut.
Dapat disimpulkan bahwasannya konsentrasi dan konglomerasi media telah mematikan potensi adanya pergerakan besar dalam dunia jurnalisme yang ideal. Komersialisme dan minimnya peningkatan minat pada edukasi telah membuat media-media di Indonesia terkunci dalam pola bisnis yang mengutamakan keuntungan beberapa pihak.