Mohon tunggu...
Gunung Mahameruh
Gunung Mahameruh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 5 Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Forever learner, forever fighter.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Matinya Demokrasi Jurnalisme yang Ideal Akibat Politisasi Media di Indonesia

29 September 2022   15:28 Diperbarui: 29 September 2022   15:32 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa anggota keluarga Soeharto juga duduk di dewan direksi perusahaannya.  Contoh keempat adalah Lippo Group, dimana pemiliknya, James Riady, memilih secara langsung Theo Sambuaga, yang merupakan sosok politisi terkemuka dari partai Golkar sebagai direktur dari Lippo Group.

Contoh kelima adalah Bakrie Group, dimana pemiliknya, Anindya Bakrie, mendukung kandidat calon presiden Prabowo Subianto. Anindya Bakrie juga merupakan anak dari Aburizal Bakrie, Ketua dari partai Golkar. Contoh keenam, Media Group, dimana pemiliknya Surya Paloh, merupakan ketua dari partai Nasional Demokrat, yang mendukung Joko Widodo.

Contoh terakhir adalah Para Group, dimana pemiliknya, Chairil Tanjung, merupakan teman dekat dari mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bila kita melihat contoh-contoh diatas, penulis mempertanyakan harapan Indonesia dalam perkembangan demokrasinya. Di satu sisi, revolusi digital dalam demokrasi dapat memberikan harapan baru untuk masyarakat yang tidak memiliki alat atau ruang untuk menyampaikan pendapatnya agar dapat meraih panggung disana.

Konglomerasi media merugikan demokrasi, dan kemajuan dalam segala bentuknya. Masyarakat umum berhak mendapatkan kebebasan untuk memilih kandidat mana yang akan didukung, dan untuk dapat percaya bahwa sumber berita mereka tidak akan mengorbankan kebenaran di atas altar kapitalisme. 

Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan internet, orang-orang yang sebelumnya tidak punya ruang karena kombinasi dan dominasi konglomerat media bisa memunculkan diri mereka sendiri tanpa batasan-batasan media lainnya karena bantuan internet. 

Munculnya media online baru di Indonesia akan memberikan warna kepada ruang publik Indonesia dengan kesempatan yang telah diberikan oleh perkembangan tekonologi informasi yang kemudian merebut perhatian ruang publik.

Pemain-pemain baru yang telah memberikan warna-warna tersendiri yang terlepas dari kepentingan-kepentingan politik dan bisnis yang media-media besar sebelumnya telah dibahas seperti Magdalene, Remotivi, Asumsi, Tirto, The Conversation Indonesia, dan Kumparan merupakan beberapa contoh dari media online baru di Indonesia. Pemain-pemain baru ini ditinggapi sebagai harapan baru media Indonesia. 

Contoh, The Conversation Indonesia merupakan media jurnalistik non-profit yang berkolaborasi dengan akademisi. Karena media ini bersifat non-profit, tentu tidak ada kepentingan bisnis yang dapat menguntungkan kepentingan media The Conversation sendiri.

Banyak grup media yang berhati-hati ketika menyinggung masalah Papua, dimana media tertentu hanya melaporkan apa yang terjadi, dan kebanyakan dari media tersebut hanya mengutip perkataan penegak hukum yang sedang bertugas.

The Conversation yang berkolaborasi dengan akademisi yang melakukan penelitian-penelitian langsung di Papua bersifat sangat vokal terhadap masalah tersebut. The Conversation menawarkan perspektif-perspektif yang berbeda, selain dari penegak hukum.

Tetapi dampak yang telah diberikan oleh pemain-pemain baru ini belum signifikan, mengingat kondisi media saat ini yang sangat komersial. Bila melihat undang-undang pers, entitas pers disebut sebagai perusahaan, atau dengan kata lain profit-based organization. Sebelumnya, Kompas yang merupakan sebuah media besar hanya mencapai 2, 13 daily page views per visitors. Dari sini terlihat seberapa minimnya pengaruh media-media kecil terhadap demokrasi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun