Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menggenggam Kabut di Matanya

14 Mei 2020   00:03 Diperbarui: 14 Mei 2020   00:32 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: infopublik.id

Anak kecil yang menggenggam kabut di matanya, di seberang jalan di depan emperan sebuah toko, meletakkan kepalanya di atas ubin-ubin kerisauan malam tadi. 

Di sampingnya, di dekat kepalanya itu, adiknya yang hampir seumuran dengannya, duduk di atas lipatan kecemasan. Sambil menatap kesenjangan yang kemarin disembunyikan gerimis, kedua tangannya sibuk merapikan kardus yang diambilnya dari tong-tong sampah siang tadi. Sebagian untuk dijual, sebagiannya lagi untuk alas tidurnya malam nanti. 

Malam kian larut. Kedua anak kakak beradik yang dilupakan orang tuanya itu masih sibuk bermain di atas kardus. Tawa dan canda dari bibirnya masih terdengar di sepotong malam yang belum tuntas.

Tiba-tiba sang kakak terdiam, mungkin telah puas bermain mungkin pula sudah lelah. 

Entahlah..

Yang jelas, beberapa menit kemudian, kedua anak yang menggenggam kabut di matanya itu, tertidur pulas dibuai mimpi.  

Sambil meremas kesenjangan dari kedua tangannya yang terkepal, dipeluknya asa didekapnya harapan, di sini, di atas kardus di depan emperan sebuah toko malam tadi.

Sinjai, 13 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun