Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyihir dari Axtraliz - Chapter 6

12 Januari 2020   07:11 Diperbarui: 12 Januari 2020   07:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Papa, Mama dan aku datang menghadap dengan keluarga Herlina. Aku tetap tidak menyukai keluarga mereka. Mereka merasa mereka itu yang punya sekolah dan bisa semena-mena dengan sekolah. Memang mereka menyumbang banyak ke dalam sekolah ini. Kepala sekolah tetap tunduk dengan mereka. Mereka ada hubungan saudara dengan pemilik sekolah ini. Raut muka ibu dan putrinya sangat angkuh. 

Dia melihat kita seperti melihat sangat rendah. Mereka merasa mereka lebih kaya daripada kami. Herlina punya kebiasaan jelek dengan menyombongkan kekayaannya kepada teman-teman di kelas. Aku dan Estephania tidak mengganggap kesombongan dia di dalam kelas. Estephania lebih menyukai buku dan gambar. Aku dan Estephania suka membahas tentang buku yang dia baca. Aku suka membaca karangan buatan dia. 

Herlina cuma bisa membully yang tidak bisa melawan yaitu Estephania. Anak-anak cowok bilang kalau Herlina cantik daripada yang lainnya. Aku tahu mereka suka memakai make up yang tebal. Sama sepertinya ibu Herlina suka memakai make up yang tebal. 

Muka mama Herlina seperti Herlina tapi lebih panjang dari Herlina. Tangannya penuh dengan perhiasan yang cukup norak dan baju yang dipakainya sangat memiliki warna merah magenta yang menyala. Aku rasa ibunya tidak punya pekerjaan seperti mamaku. Mamaku selalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Meskipun dia sibuk, dia masih sempat menyiapkan sarapan untuk Papa dan aku. 

Nada bicara ibu Herlina sangat keras. Aku merasakan dia seperti ibu-ibu cerewet yang tidak memiliki pendidikan atau ada pendidikan di bawah rata-rata. Buah tidak jatuh dari pohonnya. Herlina tidak pintar dalam pelajaran apapun. 

"Anak saya ini tidak mungkin melakukan itu. Dia anak yang baik-baik saja. Dia rajin belajar dan dia tidak pernah bolos sekolah. Dia tidak mungkin ganggu anak orang. Mungkin anak ibu yang suka ganggu anak orang." gaya bicara ibunya bikin aku sangat muak. 

"Benarkah begitu?" Mamaku menjawab dengan nada tenang. Dia memperhatikan percakapan mama Herlina. Ibuku ini sangat pintar dan dia bisa mengamat orang mana yang suka berbohong dengan cara mempelajari gerak-gerik tubuhnya.

"Tentu saja. Anak saya pintar. Ranking pertama di kelas." Wah ibu ini dapat berita darimana? Nilainya Herlina sudah mau hancur dan pas-pasan. Mama Herlina tidak pernah memeriksa nilai ulangan Herlina?

"Mommy Herlina tahu nilai dia semuanya? Bisa sebutkan?" Mamaku langsung bertanya dengan pelan.

"Kamu ngak percaya sama saya. Kamu kira saya bohong yah?!" Sang mama Herlina bernada keras. 

"Saya tidak tahu kalau anda bohong atau tidak tahu. Sebab orang tua telah dibagikan nilai-nilai ulangan kemarin. Saya masih menyimpan ulangan anak saya. Anak saya mendapat peringkat ke tiga di semua kelas. Sebab kemarin dia mendapat serifikat saat award days. Herlina tidak masuk dalam rangking satu di kelas rasanya. Rasanya yang dapat itu Herman untuk sebagai rangking tertinggi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun