Tiga Puluh Satu Agustus Dua Ribu Dua Puluh Lima
Kepada diriku sendiri dan teman-teman
Di puncak titik jenuh aku mengamati berita yang ada di X, Instagram dan Tiktok, platform yang aku gunakan untuk memantau perkembangan zaman dan situasi saat ini. Aku ingin mengeluarkan apa yang terpenjara dalam pikiranku. Aku ingin membebaskan pikiranku untuk membicarakan apa yang memang perlu dan berguna untuk kita pikirkan bersama. Aku ingin menulis sebuah catatan yang mengalir dari kerja otak manusia yang tak perlu takut dikoreksi. Aku sudah muak dengan segala situasi yang terjadi saat ini. Tak ada yang menyatakan bertanggung jawab akan situasi saat ini. Ya, aku juga bertanggung jawab untuk menyampaikan apa yang menurutku baik dan benar minimal kepada diriku sendiri dan teman-temanku.
Kekacauan, huru-hara, demonstrasi yang berubah menjadi aksi penjarahan kepada orang-orang yang dianggap menindas rakyat. Situasi ini masih terjadi dan harus berhenti. Siapa yang sanggup  meredam amarah dan menangkap para provokator yang memanfaatkan situasi kekacauan ini. Banyak yang bicara peristiwa 98 akan kembali terulang dengan bentuknya yang beda tapi dengan pola yang sama. Darah pembunuh dan kesadisan peristiwa 98 mungkin masih ada bekasnya di jejak para pejabat saat ini. Darah itu terbungkus dan tertutup oleh jas para penguasa dan pejabat. Apa yang mereka inginkan bisa jadi untuk melanggengkan apa itu kekuasaan. Harta, tahta, dan uang adalah sesuatu yang ingin mereka kuasai di negara Indonesia ini. Dengan segala akses yang mereka punya, ketiga hal tadi tidak sulit mereka dapatkan. Namun, mereka harus ingat bahwa ada manusia-manusia lain yang mempunyai pikiran dan ingatan akan kesewenang-wenangan kroni-kroni mereka.
Untuk sementara waktu, mereka terlihat aman dan nyaman dengan keasikan manusia-manusia ini bermain sosial media. Dengan banyaknya anak muda yang mengakses Tiktok, mereka membiarkan manusia ini tampil dengan kekonyolan dan kebodohan mereka. Mereka hanyalah orang miskin dan selamanya tidak akan melebihi kekayaan mereka hanya karena berjoged dan mandi lumpur untuk mendapatkan gif yang tak seberapa. Mereka pun diam sambil memanfaatkan untuk bekerja sama dengan para bandar judi online. Mafia judi online yang sudah menjadi kejahatan lintas negara tak mudah disentuh sampai mencokok bos mafianya. Ada uang keamanan, jatah preman, dan uang kordinasi ke aparat dan pejabat. Sekelompok pemain judol yang berusaha mengatur dan menipulasi agar bisa menang, justru mereka yang dilaporkan oleh orang suruhan bandar, hingga akhirnya ditangkap oleh polisi. Ini fenomena dan fakta yang ada di luar dan tertangkap melalui berita-berita.
Para pejabat mencoba bersatu dengan membentuk koalisi. Itu penanda bahwa mereka tidak ingin ada persaingan antar mereka tetapi mereka ingin menjarah bersama dan membaginya rata. Saya terlalu emosional karena melihat permainan mereka tak ubahnya seperti permaianan para mafia dan kartel narkoba. Kue kekuasaan seolah sudah dibagi rata oleh sang presiden. Siapa yang ikut di barisannya pasti akan mendapat jabatan dan kekayaan. Mereka memodifikasi demokrasi dengan sistem pemilihan one man-one vote. Pesta demokrasi dengan pemilu yang digelar hanyalah omong kosong dan kamuflase bahwa sebenaranya sang raja sudah ditentukan. Rakyat menikmati pemilu langsung dengan uang sogokan paling selembar merah bergambar Soekarno-Hatta. Ada yang diiming-imingi dengan bansos sembako untuk memilih jagoan para partai tertentu.
Kita sudah mendapatkan presiden yang katanya dipilih oleh rakyat Indonesia. Tapi, di pemilu 2024 kemarin, aku menilai ini pemilu yang gagal. Ada banyak orang yang sudah skeptsis dan masa bodoh dengan pemilu ini. Mereka memilih untuk tidak memilih. Ada 18 persen dari mereka yang punya hak suara menginginkan tidak memilih. Kita bisa berasumsi apapun terhadap mereka yang tidak memilih. Tetapi, untuk negara yang menjalankan sistemnya dengan demokrasi ini sudah menjadi alarm. Ketika presiden Prabowo dan wakilnya Gibran mulai menjalankan pemerintahan, dibuatlah survey kepuasan publik. Survey kepuasan publik dari berbagai platform penyedia jasa untuk mensurvey. Angka kepuasan publik terhadap mereka terbilang tinggi, bahkan melebihi Jokowi sebagai pendahulunya. Untuk sementara, joged Tiktok, maraknya judol, dan makan bergisi gratis bisa meningkatkan survey tersebut. Tidak ada statement yang menunjukkan pemerintah akan membuat langkah strategis untuk kemajuan negara ini. MBG diklaim sudah berhasil meringkan beban siswa miskin dan meningkatkan gizi dari keluarga miskin. Dalam laporannya kepada presiden, jumlah siswa yang keracunan MBG tidak mempengaruhi signifikan karena hanya 0,005 persen seperti disampaikan Prabowo pada pidatonya. Jurnalis mengumpulkan data ada 1376 siswa keracunan. MBG yang menjadi janji presiden saat kampanye memang sudah terlaksana, tetapi tak adil kenapa mereka menganggap itu sebagai keberhasilan. Bagiku, MBG adalah 'obat bius' yang meracuni pola pikir sehingga kita seolah dipaksa mengakui bahwa pejabat dan pemerintah kita sedang memikirkan rakyat. Mereka sedang memangkas anggaran yang sebenarnya perlu untuk pelayanan masyarakat justru dialihkan untuk mengupayakan 'obat bius' untuk memoleh kursi kekuasaan mereka. Siapa yang percaya bahwa tak akan ada KKN di program MBG ini? Mungkin hanya anak TK saja yang masih lugu dan belum saatnya mereka tahu bahwa ada kebrengsekan dari generasi pendahulu mereka.
Saya hanyalah guru agama dan tak tahu apakah ekonomi negara ini maju dan surplus pendapatan. Saya juga tak tahu seberapa pintar mereka menjalankan strategi politik mereka agar tetap bisa berkuasa. Ada yang bilang mereka akan mengakali dibuatnya undang-undang baru atau mengubah rumusan undang-undang yang sudah ada. Yang saya tahu adalah para pejabat dan pemerintah kita pasti memiliki dan mengisi kolom agama di KTPnya. Apakah mereka sedang menipu orang bahwa mereka orang yang beragama dan pasti akan melakukan apa yang diajarakan oleh agamanya. Kalau memang mereka beragama, kenapa mereka masih ada yang tertangkap karena korupsi? Kalau memang mereka beragama, kenapa mereka membiarkan para mafia judol berkeliaran dan membuat orang terjerumus di judol? Guru agama bisa berbuat apa dengan ini semua. Tidak ada yang bisa saya buat, kecuali membebaskan pikiran saya. Saya manusia, teman-teman, saudara dan murid-muridku juga manusia. Sebagai manusia, saya ingin kita tetap sebagai manusia. Saya ingin mengingatkan kejatidirian kita sebagai manusia. Kita diciptakan memiliki cara bertahan hidup yang berbeda dengan mahkluk hidup lainnya. Tapi, aku melihat para pejabat sudah menurunkan derajat mereka dengan menukarkan dirinya dengan mahkluk yang bernama binatang. Binatang yang akan menurut dan diberi makan jika terus berlaku manis kepada tuannya. Binatang yang akan bergerombol untuk menghajar binatang lainnya. Binatang besar yang akan menang jika hanya melawan binatang-binatang kecil lainnya. Seperti anekdot orang kaya yang tadinya miskin. Sewaktu miskin, dia bertanya apakah besok apakah saya masih bisa makan. Setelah dia cukup memiliki uang, saya besok mau makan apa. Setelah dia semakin kaya dengan uang yang berlimpah, besok siapa lagi yang akan saya makan. Harta dan tahta membuat mereka berpikir untuk memakan siapa yang akan menghalanginya mendapatkan itu semua. Mereka bisa saling memakan dan menumbalkan tapi yang mereka ingin makan adalah kenikmatan dan kenyamanan yang tak akan didapat dari rakyat yang memilih mereka.
Rakyat Indonesia mungkin tak semuanya sedang muak dengan para wakil rakyat. Mereka yang diambil sumpahnya untuk mengabdi dan menyuarakan suara rakyat justru menulikan dirinya dengan suara penderitaan rakyat. Banyak rakyat yang sudah kehilangan pekerjaa. Mereka menanti janji pemerintah yang akan menyediakan 19 juta lapangan pekerjaan. Janji itu tentu tidak mudah karena kondisi perekonomian Indonesia sedang babak belur. Pemerintah kesulitan mendatangkan investor. Para investor yang mau berbisnis juga ogah berjabat tangan memberikan uang jatah preman ke ormas-ormas daerah-nasional. Mereka semua minta jatah. Perjanjian bisnis di atas kertas hanyalah formalitas dan yang penting para wakil rakyat juga ingin mendapat jatahnya masing-masing. Mereka akan mengatur UMR (upah minimum regional) kota-kabupaten. Para investor juga ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan UMR yang rendah. Dengan deal yang halus dan aman, mereka ingin segalanya berjalan lancar. Praktek-praktek seperti itu sudah berlangsung turun-temurun. Mereka menikmati upeti dari para investor dan tentu jika dikumpulkan jumlah uang upeti itu lebih besar dari gaji mereka. Belum lama ini, mereka mengusulkan untuk pemerintah menambah tunjangan mereka. Permintaan ini disetujui oleh menteri keuangan. SM sebagai menteri keuangan memang berwenang mengatur pengeluaran negara. Belum selesai tudingan ke SM yang pernah mengatakan guru dan dosen sebagai beban negara, dia berjanji menaikkan tunjangan untuk para wakil rakyat tersebut. Apa sih kerjanya sebagai wakil rakyat, mereka banyak yang tertangkap karena tidur saat rapat, bahkan pernah ada yang menonton video porno di hape dan bermain judi online. Ingatan-ingatan itu melukai hati rakyat yang kritis.
Publik digegerkan dan dibuat risih dengan ulah para wakil rakyat saat bersidang paripurna. Mereka terlihat asik berjoged saat DPR mengundang orchestra dari mahasiswa Univ. Pertahanan. Di hadapan Presiden dan Wakil Presiden, mereka nampak asik berjoged menikmati lagu yang dimainkan. Rakyat merespon di berbagai platform, bahwa mereka sudah keterlaluan karena tidak peka dengan derita rakyat. Berjoged di acara sidang resmi itu sudah suatu kekonyolan. Ada wakil rakyat yang merespon soal joged itu dengan sindiran dan membuat konten. Rakyat yang merasa kritikannya tidak diterima dengan baik mulai tersinggung tidak terima dengan konten wakil rakyat itu. Terjadi demonstrasi yang menuntut untuk DPR dibubarkan. Ahmad Sahroni, wakil rakyat dari partai Nasdem terkenal cukup senior sebagai anggota DPR. Dia mengomentari bahwa rakyat yang menginginkan bubarnya DPR adalah rakyat yang tolol. Ucapannya menjadi viral dimana-mana. Video dia mengatakan itu sudah tersebar ke sosmed yang dipakai oleh rakyat. Netizen bergerak untuk melawan balik omongan ejekan dari Sahroni. Tak lama dari viralnya ucapan itu, rakyat melancarkan aksi untuk menduduki gedung DPR. Mereka berdemo dari pagi siang malam. Hingga malam hari, terjadilah mobil barakuda polisi menabrak pengemudi OJOL dan melindasnya hingga tewas. Mobil itu lari dan sempat dikejar. Esoknya massa mengepung kantor polisi dan markas brimob untuk menuntut pertanggungjawaban dari kematian pengemudi OJOL itu. Semoga Affan beristirahat di rumah Bapa di surga. Polisi tega menabrak rakyat dan melindasnya. Mungkin itu tak kesegangajaan atau kepanikan. Namun, human error itu bukanlah alasan untuk menyudahi hidup dari pengemudi OJOL tersebut.
Warga di berbagai kota sudah marah dan mengincar kantor-kantor DPRD. Mereka membakar kantor DPRD juga di kota tempat tinggalku Pekalongan. Saat ini, polisi dan tentara sudah dipersiapkan untuk menindak tegas para pendemo yang berbuat anarkis. Warga sudah mulai merusak dan menjarah anggota DPR yang mereka target. Jika semuanya ingin berjalan damai dan tenteram kembali, kita harus sudahi semua kebusukan ini. Para provokator akan berkeliaran membiarkan situasi kekacauan ini terjadi dan memanfaatkan untuk tampil sebagai sosok pahlawan yang mampu meredam situasi ini. Selama suara rakyat tidak dianggap, akan terjadi kekacauan itu kembali. Mereka bisa membungkam dan menakuti kita dengan senjata, tapi tidak bisa mengekang pikiran dan ingatan kita. Tulisan ini bukanlah tulisan yang sempurna dengan alur yang tertata. Ini adalah pikiran dan kebebasan diri setiap manusia untuk bersuara. Hanyalah pikiran yang bebas tidak akan menderita oleh kegelisahan dan ancaman. Kita berhak berpikir dan berpendapat karena dijamin dalam undang-undang. Kita adalah rakyat yang harus sadar dan cerdas. Cukuplah bersandiwara berjoged riang gembira. Namun, penderitaan dan kesedihan terus membayangi kita. Jangan sampai bayangan penderitaan dan kesedihan itu dimakan oleh bayangan yang lebih besar dari kejahatan dan kebusukan dari pejabat kita yang berubah menjadi binatang. Siapa yang membaca tulisan ini pun berhak mengoreksi dan mengkritik kesalahan persepsi dan pendapatku. Semakin banyak kritik dan koreksi yang menginginkan ini menjadi fakta dan realita yang sebenarnya, kita akan belajar bahwa manusia memang perlu belajar. Kita punya Pancasila dan kita ingin belajar bagaimana Pancasila harus menjadi nafas hidup kita. Tiga kata yang menjadi inti yang saya bisa tulis ini adalah manusia, Indonesia dan Pancasila. Semoga itu masih ada dalam pikiran kita untuk selalu kita ingat bahwa kita perlu belajar menghidupi ketiga hal itu.