Kecuali itu, seperti kilat menyambar di siang bolong, muncul berita yang menggemparkan sejagat raya bahwa, Jokowi masuk dalam nominasi sebagai Tokoh Politik dan Mantan Presiden Indonesia yang paling korup di dunia.
Terkait dengan hal itu, maka sebagaimana yang dilaporkan oleh Majalah Tempo (4/1/25), dinyatakan bahwa, Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo atau Jokowi masuk nominasi sebagai finalis tokoh terkorup 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Sekalipun demikian, sampai saat ini, Jokowi masih menjadi faktor determinan dalam peta persaingan dan kekuatan politik yang amat signifikan di Indonesia, yang tak boleh hanya dipandang  sebelah mata, karena Jokowi punya kekuatan politik yang yang relatif komprehensif.
Lalu, Bagaimana Dengan Prabowo Subianto ?
Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa, Presiden ke 8 Republik Indonesia Prabowo Subianto (Prabowo) merupakan figur dan tokoh politik Indonesia yang relatif kuat dan spartan, yang tak kenal lelah  dalam pertarungan politik memperebutkan Kursi Presiden Republik Indonesia untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagai seorang Jendral pada Pasukan Elit Kopassus, Tentara Nasional Indonesia, Prabowo telah melalui beragam ujian dan pencobaan hidup yang melampaui kemampuan rata-rata manusia normal pada umumnya.
Berbeda dengan Jokowi, Prabowo mewarisi turunan "darah biru" politik dengan muatan intelektualitas yang kental dari mendiang ayahandanya
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo,  seorang ekonom kondang yang pernah menjabat sebagai Menteri Perekonomian di bawah Presiden Soekarno dan Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional di bawah  pemerintahan Presiden Soeharto.
Lebih lanjut, dapat dinarasikan bahwa, jejak langkah politiknya dimulai ketika tahun 2004, Prabowo dicalonkan sebagai calon presiden yang diusung dari Partai Golkar. Partai Golkar merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia dan memiliki pendukung yang kuat, sehingga ia yakin dengan keputusan menerima pencalonan dirinya.
Pada kesempatan Pemilu 2004 tersebut, Prabowo kalah dalam persaingan, dan pada  akhirnya, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada tahun 2008 bersama beberapa kerabat serta kolega yang dipercayai bergabung bersama partai ini.
Kemudian, Prabowo mencalonkan diri kembali sebagai wakil presiden pada Pemilu 2009, berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden. Namun, mereka kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Dengan semangat yang pantang menyerah dan tak pernah  patah arang,  Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden pada Pemilu 2014, kali ini berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Dalam pemilu yang sangat ketat ini, mereka bersaing dengan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, namun pada tahun tersebut Prabowo kembali mengalami kekalahan.