Di antara gemerlap bintang yang tak begitu banyak, malam memancarkan sunyi di atas langit gelap.Bisikan angin yang begitu sopan menghantam dedaunan, membuat ku ingin beristirahat dari hiruh pikuk dunia yang menyita ketenangan.
Dalam hening yang merangkak halus di antara desah dedaunan, tubuhku membiarkan kelelahan mereda. Kupejamkan mata dan melihat bayang-bayang rasa lelah terlepas satu persatu, menari ringan di udara malam. Biarlah beban-beban hari menunduk, tunduk pada keheningan ini, dan biarkan aku bernafas dalam kelembutan waktu yang tak menuntut.
Saat embun dingin merambat di kulit, seperti senyum yang tak terdengar tapi terasa hangat, aku merunduk ke pangkuan alam. Di situ, antara jendela bintang dan pelukan malam, aku temukan ruang untuk beristirahat, tidak sekadar menutup mata, tetapi membiarkan jiwa bersandar.
Dan ketika sunyi mengalun seperti lagu yang tak berlirik, aku lepaskan semua tuntutan untuk berlari. pikiran pikiran yang selama ini berlari liar akhirnya berhenti sejenak, duduk di pelataran ketenangan, mendengarkan detak jantung yang berdampingan dengan detik malam.
Kini, dalam keheningan yang memayungi mimpi, aku mempersilakan hatiku untuk merajut istirahat yang tulus. Tidak untuk melupakan cahaya, tapi untuk meresapi bayang-bayang cahaya yang pernah melelahkan mata. Dan esok, ketika fajar menyapa, aku akan bangkit dari tidur malam ini dengan lembut, membawa kesegaran dari kedalaman sunyi.
Ditulis oleh: Gio Arta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI