Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Semut Hitam, Pengemis, dan Sekotak Nasi

30 Agustus 2012   00:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:09 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semut kecil masih terus berjalan. Semangatnya berkurang, terlebih saat mentari sudah menyengat sinarnya. Dan sang Pengemis berjalan gontai, menyusuri trotoar. Semut mencari makan, Pengemis mencari rejeki untuk makan. Keduanya berjalan ke arah yang sama. Di sebuah tong sampah berwarna merah menyala.

"Akhirnya...siapa tahu ada rejeki disini" ucap Pengemis.

"Akhirnya...banyak potongan roti disini" ucap Semut.

Tempat, benda yang dicari, bahkan ucapan merekapun sama. Pengemis duduk bersandar ditiang, perutnya berbunyi nyaring. Siang telah berganti sore, belum ada sesuap nasi yang bisa ia rasakan. Tatapannya sayu, melihat tong sampah. Seharusnya ia sudah menikmati sepiring nasi, tak apa hanya dibumbui kecap.

Tatapannya tertuju pada sebuah kotak nasi. Sama seperti tatapan Semut yang sedaritadi masih merasa kekurangan atas yang ia dapat. Belum juga kaki-kaki kecil Semut sampai di kotak nasi tersebut. Tangan kotor berselimut debu milik Pengemis sudah mengambilnya.

"Tidaaak, jangan diambil, itu jatahku!" teriak Semut sekeras mungkin.

Ia mondar-mandir, mencoba mencari cara untuk mendapatkan kotak nasinya kembali.

"Haaah, manusiaaa, kamu tidak seharusnya memakan isi dalam kotak nasi ituuu"

Semut masih menggerutu. Sementara, Pengemis matanya berbinar senang. Ia mendapati sekotak nasi yang masih ada lauknya. Meski ia tak pernah tau, sudah berapa lama kotak nasi itu berada di dekat tong sampah ini. Ia hanya yakin, bahwa ia pantas mendapatkannya. Sebab, kotak nasi itu bukan terbuat dari bungkusan, melainkan kotak plastik, dan tertutup rapat.

*endus-endus

Hidungnya mulai bekerja, mencium aroma kalau saja basi. Pengemis masih asik menikmati kotak nasi, Semut pun masih asik berdiam memperhatikan. Jika Semut mau ia pasti sudah menghampiri Pengemis, lalu mengigit bagian tubuh Pengemis agar ia berhenti menikmati kotak nasi. Sayangnya, Semut lebih tertarik memperhatikan gerik manusia kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun