Meski demikian, Kertanegara terang-terangan menolak. Ekspedisi Pamalayu yang sebelumnya dilangsungkan terbukti sukses menyatukan Jawa dan Melayu (Sriwijaya). Dengan gagahnya, ia percaya diri jika kebesaran kerajaannya mampu menandingi kedigdayaan Mongol.
Reaksi yang ditunjukkan Kertanegara sangat provokatif. Ia justru merusak muka dan memotong kuping utusan Kubilai Khan. Hal tersebut lantas dianggap sebagai pernyataan perang terhadap Mongol.
Mengetahui tindakan Kertanegara terhadap para utusannya, Kubilai Khan murka. Dalam catatan Purwono bertajuk Sourabaya Kampung Belanda di Bantaran Jalur Perdagangan Kali Mas (2011), rombongan pasukan Tar-Tar dari Mongol berlayar ke Jawa pada 1292. Mereka dipimpin oleh laksamana Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing.
Tahun 1293, pasukan Mongol berlabuh di pesisir utara Jawa, Tuban, kemudian bergerak ke timur dan sampai di pesisir yang kini disebut Tanjung Perak.
Mereka terus menyusuri daerah pedalaman dengan menyeberangi sungai-sungai. Salah satunya Kali Mas yang kini membelah Kota Surabaya.
Napak tilasnya juga termuat di Prasasti Gunung Butak dan Kudadu 1294. Di situs Gunung Butak, yang kini dikenal sebagai Surabaya menjadi salah satu persinggahan pasukan Tar-Tar.
Prasasti Kudadu juga menerangkan, Kubilai Khan tak mengetahui gejolak perpolitikan di Singasari. Ia mengira Kertanegara masih memerintah Singasari. Padahal Kertanegara telah mati terbunuh oleh pemberontakan Jayakatwang, setahun sebelum tentara Mongol mendarat di Jawa.
Sementara itu, Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara dan kelak menjadi raja pertama Majapahit, memainkan siasat dengan membujuk pasukan Tar-Tar agar menyerang kubu Jayakatwang.
Kisah berikutnya adalah serangan balik. Setelah Jayakatwang terbunuh, pasukan Raden Wijaya menyerbu tentara Tar-Tar untuk mengusir mereka dari Jawa. Bentrok kedua pasukan terjadi di muara Kali Mas pada 1293.
Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan Tar-Tar. Kemenangan Raden Wijaya pada 31 Mei 1293 oleh pemerintah Republik Indonesia ditetapkan sebagai tonggak berdirinya Kota Surabaya.
Sejarah Surabaya Era Majapahit Hingga Mataram Islam