Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Pilpres 2024 Nanti, Saya Akan Memilih Capres-Cawapres yang...

17 November 2022   11:16 Diperbarui: 17 November 2022   11:20 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memasukkan kertas suara ke kotak suara. (sumber foto: Photo by Element5 Digital / Pexels)

Semua uraian di bawah ini adalah menurut pendapat saya. Versi para pembaca bisa jadi berbeda, silakan mengutarakannya lewat kata-kata di platform kesayangan kita bersama, Kompasiana.

Berkomitmen tegas terhadap pemberantasan korupsi

Berdasarkan data dari Transparency International 2021, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2021 memiliki skor 38 dan menduduki peringkat ke 96 di dunia. Korupsi selalu menjadi tantangan berat di sejak Indonesia merdeka. Perjalanan pemberantasan korupsi di Indonesia sejak pasca kemerdekaan bisa dibaca di artikel Kompas.com berjudul Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Kondisi korupsi di negara kita saat ini bisa dianalogikan dengan cerita David dan Goliath. Negara adalah David dan para koruptor adalah raksasa Goliath yang sepertinya mustahil dikalahkan.

Tetapi dalam kisah tersebut, David punya siasat cerdik untuk mengalahkan Goliath. Negara pasti punya cara untuk mengunci gerakan koruptor yang selama ini bagai parasit yang menggerogoti negara.

Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK sebagai satu-satunya lembaga pemberantas korupsi di Indonesia sudah merumuskan langkah-langkah terstruktur dan sistematis dalam upaya pemberantasan korupsi. Nah, para calon pemimpin negeri kita nantinya harus berkomitmen sangat sangat kuat untuk membebaskan negeri kita dari korupsi.

Omong-omong, beberapa waktu lalu ada seorang content creator yang menunjukkan beberapa foto kota-kota megapolitan di dunia di akun media sosialnya. Ia memberi caption, kurang lebih begini: kalau tidak ada korupsi, maka kota-kota di Indonesia akan seperti kota-kota ini. Sayang saya tidak ingat link konten tersebut.

Korupsi menjadi penghambat terbesar pembangunan nasional, demikian menurut Gubernur Lemhannas RI Letjen (Purn) Agus Widjojo dalam Pernyataan Akhir Tahun 2021 Lemhannas RI pada 31 Desember 2021 lalu. (sumber: Lemhanas). Kita semua pasti sepakat dengan pernyataan tersebut. Maka dari itu korupsi harus dihentikan dan secara bersamaan etika juga harus ditegakkan.

Para kandidat Capres dan Cawapres yang berencana maju ke Pilpres 2024 dan tentu saja figur yang akan maju ke kursi legislatif, harap berhati-hati karena masyarakat sekarang jauh lebih pintar daripada tahun-tahun sebelumnya. Mereka bisa dengan mudah melihat kiprah para kandidat di masa lalu di dunia maya.

Apalagi generasi Y atau milenial (sekira 69 juta jiwa) dan sebagian generasi Z (sekira 75 juta jiwa) sudah memiliki hak pilih (sumber data populasi: Kompas.com). Mereka adalah generasi melek digital yang akrab dengan gawai dan terampil menelusuri informasi termasuk menelusuri jejak digital seorang kandidat di masa lalu.

Arsip informasi di dunia maya tentang kiprah atau pun perilaku koruptif yang dilakukan seorang figur di masa lalu sebegitu lengkapnya dan dapat diakses kapan saja. Kandidat yang tersangkut dengan kasus korupsi tentu saja memiliki bargaining power paling rendah. Bagaimana bisa memberantas korupsi kalau seorang pemimpin terkait dengan tindak korupsi di masa lalu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun