" Mas Dido...
Sampean koq tidak di Jakarta saja saat saat baru barunya mbak Nuniek meninggal?" tanya Seno ketika baru saja ia keluar kamar...
" Alaaah kamu nggak suka kamarmu.jadi penuuuuh...Aku kepengin.di sini..ada romo..ada kamu...supaya tidak begitu sedih.kehilangan.."
Jawab Dido..
" Itu egois mas...bukankah harus di selamati selama seminggu?..Siapa yang mau doakan.kalau ditinggal minggat...? " kata Seno.
.
" Iya Do..
Kamu koq mentolo...?" ayahnya menimpali.
" Besok besok lah...
Soalnya....saya masih yakin bahwa Nuniek itu belum ninggal..
Takutnya....malah dia kesiksa ...belum mati koq di kenduri....." Â jawab Dido...
" Oalah nak...yaitu yang harus kamu atasi....
Kalau kamu nggak selamatan yaitu...pikiran.di ganggu bayang ilusi sepertinya ia masih hidup.." tegur pak Sastro..
'' Betuk itu mas...lama lama bisa omong sendiri seolah olah ada isterimu..." sahut Seno.
" Kampreeeet...slametan ya slametan...tapi jangan.ngancam saya mau sedheng...slompreett"
Dido kesal dan ia segera kekamar mengambil dompetnya...
" Seno...tulung kamu belanja...kita.kenduri di sini aja...malaikat juga nggak keberatan kalaun kendurinya pindah alamat kota.." kata Dido...
Seno menerima uangnya dan bersiap berbelanja,tapi ia harus menemuia ayahnya dahulu
" Romo...pakai ayam apa daging.sapi?" tanya Seno pada ayahnya
" Pakai telor pindang dan.daging kelapa goreng campur kedelai aja..itu tradisi dulu..." jawab romonya