Lingkungan Kota yang Mengusir Pejalan Kaki
Alasan lain yang membuat kita malas berjalan kaki adalah lingkungan yang tidak mendukung. Kota-kota besar di Indonesia masih minim fasilitas ramah pejalan kaki. Trotoar sempit, berlubang, terhalang tiang listrik, atau bahkan dipakai berjualan. Tidak jarang pejalan kaki harus turun ke jalan dan berebut ruang dengan kendaraan bermotor.
Selain masalah trotoar, ada faktor cuaca dan polusi. Berjalan di bawah terik matahari dengan udara panas dan debu membuat pengalaman berjalan kaki terasa tidak manusiawi. Di banyak negara, kota didesain agar berjalan kaki terasa menyenangkan. Ada pohon rindang, jalur aman, dan fasilitas yang membuat orang merasa nyaman. Di sini, berjalan kaki seolah menjadi perjuangan.
Lingkungan yang tidak ramah membuat orang akhirnya lebih memilih kendaraan pribadi meski jarak dekat sekalipun. Fenomena ini menciptakan lingkaran setan yaitu semakin sedikit orang berjalan kaki, semakin sedikit pula tekanan bagi pemerintah untuk membangun fasilitas pejalan kaki. Lingkungan yang buruk memperkuat rasa malas, dan rasa malas memperburuk kualitas lingkungan.
Rasa Malas yang Sesungguhnya Berakar di Pikiran
Kalau dipikir lebih dalam, malas berjalan kaki sebenarnya bukan hanya soal tubuh yang enggan bergerak, tetapi soal cara kita memandang aktivitas itu. Jalan kaki dianggap tidak produktif, tidak keren, bahkan tidak penting. Berbeda dengan olahraga di gym yang terasa bergengsi atau bersepeda yang tampak keren di media sosial, berjalan kaki seolah tidak punya nilai prestise.
Di era digital, citra dan simbol sosial berperan besar dalam menentukan kebiasaan. Aktivitas yang terlihat menarik diunggah ke media sosial dan dianggap bernilai. Sayangnya, berjalan kaki jarang masuk kategori ini. Akibatnya, motivasi orang untuk berjalan kaki semakin lemah.
Selain itu, cara kita mendidik diri sendiri tentang kesehatan sering kali tidak seimbang. Kita bisa rela mengeluarkan biaya besar untuk obat, suplemen, atau alat kebugaran, tetapi melupakan hal sederhana seperti berjalan kaki. Pikiran kita sudah terlanjur menyepelekan aktivitas kecil yang sebenarnya fundamental. Rasa malas itu akhirnya bukan lagi sekadar kebiasaan, melainkan mindset yang terbentuk dari cara pandang keliru terhadap apa yang benar-benar penting bagi tubuh dan pikiran.
Menghidupkan Kembali Langkah Kecil
Meski banyak faktor yang membuat kita malas berjalan kaki, bukan berarti hal ini tidak bisa diubah. Kuncinya ada pada cara kita memberi makna baru pada aktivitas ini. Jalan kaki tidak perlu dilihat sebagai pengorbanan waktu, melainkan kesempatan untuk menghirup udara segar, menenangkan pikiran, atau sekadar menikmati detail kecil di sekitar yang sering kita abaikan.
Kota-kota memang perlu berubah agar lebih ramah bagi pejalan kaki. Tetapi perubahan juga bisa dimulai dari diri sendiri. Kamu bisa mencoba hal sederhana seperti memarkir kendaraan sedikit lebih jauh dari tujuan, memilih jalur jalan kaki yang lebih tenang, atau menjadikan jalan sore sebagai waktu khusus untuk melepaskan penat.