Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebait Puisi yang Hilang

8 Agustus 2016   06:28 Diperbarui: 14 Agustus 2016   11:23 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ada masalah apa. Kamu bukan mahasiswa yang susah. Malah kamu saya lihat cukup pintar, sering nulis di koran, terus apa kendala. Bagaimana skripsimu?” cecar Pak Nasib.

“Ya Pak terkendala di skripsi, saya kurang fokus,” jawab Pian.

“Kamu harus kembali ketujuan awal kamu kesini Pian, minta Pada Allah untuk yang satu ini, selesaikanlah ini dulu baru fikirkan yang lain,” kata Pak Nasib.

Usai Isya malam itu, omongannya dengan Pak Nasib menjadi renungan Pian. “Aku harus menyelesaikan kuliahku. Cukup sudah pencarian bait yang hilang,” dalam hati Pian. Keesokan harinya langsung Pian menemui Dosen pembimbingnya untuk melanjutkan skripsi.

Tak lama setelah itu, Proposal skripsinya kelar. Pian kini mengantri untuk mengikuti beberapa seminar skripsi yang kebanyakan adalah adik letingnya. Beberapa kali dia mengikuti seminar dan akhirnya jadwal untuk seminar Hasil Pian.

“Bagaimana seminarmu,” tanya Bang Acid yang kembali berjumpa di perpustakaan. “Alhamdulillah lancar bang. Ini mau fokus biar bisa meja hijau bang. Doakan ya bang,” kata Pian.


“Ya lah, jangan sibuk aja nulis puisi sampek stres kau. Syukurlah kalau kau gak stres lagi,” kata Bang Acid disambut tawa bahagia Pian.

“Kayak orang gila kau, gara-gara sebait puisipun berubah sikapmu. Ginikan dah enak liat kau. Apalagi dah mau punya gelar kau, yaudahlah baik-baiklah kau,” kata Bang Acid.

Pian pun kini fokus dengan skripsinya. Namun, dilihatnyalah seorang mahasiswi dengan jilbab biru berada di depannya. Sosok itu sama seperti mahasiswi kala dia membuat puisi nyang berjudul “Gadis Sastraku”. Dilihatnya bagian akhir puisinya yang belum lengkap. Mengingatkannya untuk kembali melengkapi.

Namun yang terjadi, hanya semenit saja puisi itu bisa dilengkapinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun