Hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Hari yang begitu dinantikan bapak dan ibu. Bagaimana tidak ? hanya di momen lebaran ini, kelima anak dan keluarga kecilnya biasanya akan datang untuk merayakan hari kemenangan.
Kerinduan sudah membuncah di kalbu kedua pasangan renta ini. Sudah terbayang, anak dan cucu-cucunya akan datang dan merayakan lebaran bersama.
Ibu sudah memesan berbagai macam kue lebaran untuk menyambut kedatangan mereka. Meski bukan nastar, kastangel atau kue coklat yang mewah dan kekinian, melainkan hanya semprit, opak gulung, jenang, dan kripik ubi, namun semua terasa istimewa karena dipesan dengan hati yang penuh dengan kasih.
Meski dengan uang yang pas-pasan dari gaji pensiunan bapak, tapi ibu selalu menyiapkan amplop lebaran untuk cucu-cucunya dan anak-anak lainnya. Tidak banyak, hanya diisi dengan uang baru 2000 saja.
Harapan begitu besar membuat bapak dan ibu tak sabar menanti hari lebaran tiba. Kerinduan orangtua dengan anak-anaknya seperti tak terbendung lagi.
Hingga satu hari yang ditunggu telah tiba. Namun bapak ibu hanya bisa celingukan di pintu depan rumah.
Tak ada satu pun suara deru mobil datang atau suara cucu-cucunya datang. Hari raya terasa hambar dan hampa.
Tampak raut wajah kesedihan bapak dan ibu mendapati kenyataan bahwa di hari lebaran, tak satu pun anak-anaknya datang.
Ibu dan bapak duduk termangu di kursi ruang tamu sembari menatap toples-toples kue lebaran yang masih utuh tak tersentuh.
"Mungkin mereka lagi sibuk ya buk..." Kata bapak pelan, berusaha berbesar hati.