Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secuil Potret Kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri

22 Maret 2025   23:23 Diperbarui: 23 Maret 2025   00:20 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kakek nenek dan cucu (sumber:pexels/pixabay)

Hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Hari yang begitu dinantikan bapak dan ibu. Bagaimana tidak ? hanya di momen lebaran ini, kelima anak dan keluarga kecilnya biasanya akan datang untuk merayakan hari kemenangan.

Kerinduan sudah membuncah di kalbu kedua pasangan renta ini. Sudah terbayang, anak dan cucu-cucunya akan datang dan merayakan lebaran bersama.

Ibu sudah memesan berbagai macam kue lebaran untuk menyambut kedatangan mereka. Meski bukan nastar, kastangel atau kue coklat yang mewah dan kekinian, melainkan hanya semprit, opak gulung, jenang, dan kripik ubi, namun semua terasa istimewa karena dipesan dengan hati yang penuh dengan kasih.

Meski dengan uang yang pas-pasan dari gaji pensiunan bapak, tapi ibu selalu menyiapkan amplop lebaran untuk cucu-cucunya dan anak-anak lainnya. Tidak banyak, hanya diisi dengan uang baru 2000 saja.

Harapan begitu besar membuat bapak dan ibu tak sabar menanti hari lebaran tiba. Kerinduan orangtua dengan anak-anaknya seperti tak terbendung lagi.

Hingga satu hari yang ditunggu telah tiba. Namun bapak ibu hanya bisa celingukan di pintu depan rumah.

Tak ada satu pun suara deru mobil datang atau suara cucu-cucunya datang. Hari raya terasa hambar dan hampa.

Tampak raut wajah kesedihan bapak dan ibu mendapati kenyataan bahwa di hari lebaran, tak satu pun anak-anaknya datang.

Ibu dan bapak duduk termangu di kursi ruang tamu sembari menatap toples-toples kue lebaran yang masih utuh tak tersentuh.

"Mungkin mereka lagi sibuk ya buk..." Kata bapak pelan, berusaha berbesar hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun