Diam dan membisu......
meski ribuan langkah dan hentakan kaki
ramai, bising dan gaduh.Â
berjalan dan berlari
mulut-mulut bertuturÂ
lembut dan melengking...
lorong itu diam dan membisu.
Yang dulu, kini dan akan datang
telah, sedang dan akan melewatinya
berkali-kali, berulang dan seterusnya
mimpi-mimpinya digenggam
didekap erat tak dilepasÂ
dipeluk kini, dahulu dan nanti, di sini
lorong itu memandang dalam diam
Entah setelah pergi nanti
ketika mereka tak lagi harus melangkah Â
kini dan di sini tiap-tiap hari,
akan kembali ataukah tidak?
lorong itu tetaplah membisu
diam tak bicara, bisu seolah tak
mendengar.Â
Dalam diam....
ada harapan juga doaÂ
dalam bisu....
ada tuntunan juga bimbingan
petunjuk dan penerang
mengantar yang datang ke ujung jalan
entah yang dulu, kini dan
yang akan datangÂ
agar di ujung lorong
mereka lekas pergi
membawa dan mendekap lebih erat
mimpi - mimpinya.
Di sini hanyalah singgahan
mereka tak boleh berlama-lamaÂ
melewati berkali-kali tanpa akhir
bukan maksud diusir apalagi karena benci
sebab mereka harus pergiÂ
menjemput angan dan mimpi
agar tak hanya mereka tetapi
di ujung jalan mimpi-mimpi pun
memeluk dan mendekap merekaÂ
dalam erat tanpa lepas.
Antara Lorong Tarsisius yang bisuÂ
dan mimpi-mimpi merekaÂ
yang melewatinya, ada doa juga kerelaanÂ
dan keikhlasan hati
merelakan mereka pergi menjemput
mimpi adalah ungkapan cinta dari
lorong yang diam dan membisu.....
Lorong Tarsisius,
Jum'at, 02 September 2022