Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ada Apa dengan Bendera "One Piece"? Atau Kita Harus Diam

3 Agustus 2025   13:15 Diperbarui: 3 Agustus 2025   20:33 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bendera One Piece (Sumber: Wikimedia Commons via KOMPAS.com)

Kemudian, ada pula penggunaan gambar "buah semangka." Setelah Israel melarang pengibaran bendera Palestina yang menggunakan warna merah, hijau, hitam, dan putih pada tahun 1967, para seniman Palestina dengan cerdik menemukan solusi. Mereka menggunakan semangka yang memiliki kombinasi warna serupa sebagai penggantinya. 

Secara teoritis, fenomena ini dapat dijelaskan melalui beberapa kerangka sosiologis dan politik. Simbol berfungsi sebagai alat mobilisasi massa dan pembentuk identitas kolektif dalam sebuah gerakan sosial. 

Kerangka ini, yang banyak dikaji oleh para sosiolog seperti Sidney Tarrow dalam karyanya tentang gerakan sosial, menjelaskan bagaimana sebuah bendera yang sederhana dan mudah dikenali dapat menyatukan banyak orang di bawah satu tujuan, membingkai isu-isu rumit menjadi satu pesan perlawanan yang mudah dipahami.

Simbol-simbol ini juga merupakan pesan non-verbal yang sangat ampuh, memanfaatkan budaya populer sebagai arena baru untuk politik. 

Fenomena ini sejalan dengan gagasan komunikasi politik yang modern, di mana media dan budaya populer menjadi sumber simbol yang siap digunakan untuk tujuan politik. 

Bendera One Piece atau salam tiga jari dari film Hunger Games adalah bukti bahwa politik tidak hanya terjadi di parlemen, tetapi juga di media sosial.

Lebih dalam lagi, fenomena ini dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan tak bersuara atau senjata kaum lemah (weapons of the weak), sebuah konsep yang diperkenalkan oleh antropolog James C. Scott. 

Ini adalah bentuk protes yang dilakukan secara halus dan tidak terang-terangan untuk menghindari konfrontasi langsung dengan kekuasaan. 

Menggunakan simbol dari budaya populer adalah cara cerdas untuk menyampaikan pesan tanpa melanggar hukum secara eksplisit.

Kritik Bukan Anti-Nasionalisme

Jadi, dalam perspektif saya, cara merespon isu one piece seperti yang dilakukan Pemerintah termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang menganggapnya sebagai bentuk provokasi dan merongrong kewibawaan bendera merah putih, berlebihan alias lebay dan kurang kerjaan.

Kita kan hidup di alam demokrasi, perbedaan pendapat dan kritik adalah hal yang wajar. Jika saluran kritik dibiarkan terbuka, meskipun dalam bentuk simbolik atau halus, itu menunjukkan bahwa demokrasi berfungsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun