Mohon tunggu...
Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Mohon Tunggu... Lecturer

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Makanan Lokal Indonesia yang Paling Cocok untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

7 Oktober 2025   19:58 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perancangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), keseimbangan antara gizi, cita rasa, dan budaya makan lokal menjadi kunci utama agar program tidak hanya menyehatkan tetapi juga mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2025) serta panduan FAO dan WHO (2025) mengenai konsumsi gizi seimbang, menu mingguan MBG harus memenuhi kebutuhan energi rata-rata anak sekolah, yakni 1.800-2.200 kkal per hari, dengan proporsi karbohidrat 50-60%, protein 15-20%, dan lemak 25-30% dari total kalori harian.

Sebagai contoh implementasi, menu hari Senin dapat terdiri dari nasi merah (150 gram), ikan kembung bakar (70 gram), sayur bening bayam (100 gram), dan buah pisang (1 buah). Menu ini mengandung sekitar 480-520 kkal, 22 gram protein, 65 gram karbohidrat, dan 12 gram lemak sehat, serta kaya zat besi, vitamin A, dan omega-3. Selain itu, ikan kembung merupakan hasil tangkapan nelayan lokal yang lebih terjangkau dibandingkan impor tuna, sehingga mendukung kemandirian ekonomi pesisir (KemenKP, 2025).

Pada hari Selasa, menu nasi jagung (150 gram), telur dadar (60 gram), tumis kacang panjang (100 gram), dan pepaya (1 potong) memberikan kombinasi karbohidrat kompleks, protein hewani dan nabati, serta serat pangan dengan total energi sekitar 500 kkal. Kandungan vitamin C dan beta-karoten dari sayuran membantu meningkatkan imunitas anak sekolah. Nasi jagung yang banyak diproduksi di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur juga memperkuat ketahanan pangan daerah sekaligus melestarikan pola konsumsi pangan non-beras yang sesuai dengan strategi diversifikasi pangan nasional (Badan Pangan Nasional, 2025).

Menu hari Rabu menghadirkan nasi putih (150 gram), ayam opor (70 gram), dan sayur lodeh labu siam (100 gram) yang menghasilkan sekitar 600 kkal dengan 25 gram protein dan 18 gram lemak sehat. Rempah seperti kunyit, kemiri, dan serai memiliki senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan alami, mendukung metabolisme dan kesehatan pencernaan (Universitas Gadjah Mada, 2025). Dengan demikian, MBG juga menjadi sarana edukasi gizi berbasis rempah Nusantara.

Pada hari Kamis, nasi liwet (150 gram), ikan pindang (70 gram), sambal tomat (20 gram), dan lalapan mentimun (50 gram) menyajikan asupan energi sekitar 550 kkal dengan 20 gram protein dan 13 gram lemak, disertai mineral penting seperti selenium dan kalsium. Menu ini melestarikan tradisi kuliner Jawa Barat, sekaligus memberdayakan petani cabai dan sayuran lokal.

Hari Jumat menyajikan nasi uduk (150 gram), tempe bacem (60 gram), dan urap sayur (100 gram). Dengan total energi 520 kkal, menu ini menonjolkan protein nabati dari tempe yang mengandung semua asam amino esensial, serta lemak sehat dari kelapa. Produk fermentasi seperti tempe juga terbukti meningkatkan mikrobiota usus dan daya tahan tubuh (FAO, 2025). Selain itu, produksi tempe melibatkan rantai pasok kedelai lokal dan UMKM, memperkuat ekonomi rumah tangga perempuan pedesaan.

Hari Sabtu diakhiri dengan nasi kuning (150 gram), telur balado (60 gram), dan oseng buncis (100 gram) dengan total 580 kkal, 23 gram protein, dan 17 gram lemak. Menu ini menonjolkan cita rasa Nusantara yang menggugah selera, sekaligus menjadi bentuk edukasi budaya bagi generasi muda agar tetap mencintai kuliner tradisional.

Selain itu, adaptasi menu perlu mempertimbangkan kondisi geografis. Di wilayah pesisir, bahan seperti ikan tongkol suwir dan sayur kelor menjadi pilihan utama karena kaya zat besi, vitamin A, dan protein. Sedangkan di wilayah pegunungan, ubi rebus dengan sambal teri dan sayur daun pepaya muda bisa menjadi alternatif tinggi serat dan energi kompleks. Kedua jenis menu ini memperlihatkan fleksibilitas MBG dalam mengintegrasikan pangan lokal berkelanjutan dengan kebutuhan gizi masyarakat (WHO, 2025).

Dengan pendekatan rotasi menu seperti ini, MBG bukan sekadar program bantuan gizi, tetapi juga instrumen transformasi sosial dan ekonomi. Setiap komponen makanan yang disajikan melibatkan rantai pasok dari petani, nelayan, hingga pelaku UMKM, memperkuat ekosistem pangan nasional yang adil dan mandiri. Lebih jauh lagi, MBG menciptakan peluang untuk edukasi gizi lintas generasi dengan mengajarkan pentingnya keberagaman pangan dan pelestarian resep Nusantara.

Dengan demikian, rancangan menu MBG yang berlandaskan bahan pangan lokal bukan hanya menjawab tantangan stunting dan gizi buruk, tetapi juga menjadi simbol kedaulatan pangan Indonesia-sebuah harmoni antara nutrisi, budaya, dan keadilan sosial yang berpihak pada rakyat.

Aspek sosial-budaya: kedaulatan pangan dan pemberdayaan masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun