Saya tidak punya kantor tetap. Tapi saya punya satu hal yang pasti: ongkos kerja saya selalu berubah tergantung lokasi klien.
Sebagai fotografer freelance, saya bisa bekerja di tempat yang berbeda setiap minggu—kadang di kafe untuk foto produk, kadang di taman untuk prewedding, kadang di gedung pernikahan, studio, bahkan luar kota untuk proyek dokumentasi. Mobilitas tinggi adalah bagian dari pekerjaan saya. Tapi di balik itu, ada ongkos kerja yang tidak selalu terlihat.
Moda transportasi saya berganti-ganti. Untuk lokasi dalam kota, saya biasanya naik motor. Tapi kalau harus ke luar kota atau membawa banyak alat, saya sewa mobil atau ikut tim produksi. Kadang naik kereta, kadang naik ojek online. Semua tergantung lokasi dan jam kerja.
Ongkos Kerja yang Tidak Bisa Dipatok
Biaya bensin, tol, parkir, dan makan siang bisa sangat berbeda tergantung lokasi pemotretan. Untuk proyek di pusat kota, saya bisa habiskan Rp50.000–Rp100.000 per hari. Kalau harus ke luar kota, ongkos bisa tembus Rp300.000–Rp500.000, belum termasuk penginapan jika harus menginap.
Klien kadang tidak menanggung ongkos transportasi, terutama untuk proyek kecil atau personal. Kalau saya tidak menghitung sejak awal, ongkos bisa menggerus margin keuntungan. Pernah saya ambil proyek foto ulang tahun anak di pinggiran kota, tarifnya Rp500.000, tapi ongkos PP dan makan siang saya hampir Rp200.000. Untungnya saya bawa motor sendiri, kalau sewa mobil bisa lebih parah.
Kerja kreatif bukan hanya soal hasil foto. Tapi juga soal logistik dan perhitungan yang matang. Kalau tidak disiplin, kita bisa kerja keras tapi tetap tekor.
Strategi Bertahan di Dunia Freelance yang Penuh Mobilitas
Agar ongkos kerja tidak jadi jebakan, saya mulai menerapkan beberapa strategi:
- Hitung ongkos transportasi dan waktu tempuh dalam penawaran harga sejak awal. Saya selalu tanya lokasi klien sebelum menyebutkan tarif. Â
- Gunakan moda transportasi yang paling efisien untuk lokasi tertentu. Kalau bisa naik motor, saya hindari mobil. Kalau bisa naik kereta, saya hindari ojol. Â
- Manfaatkan promo aplikasi. Diskon Grab, Gojek, atau e-wallet bisa bantu hemat. Â
- Gabung komunitas fotografer. Kami saling berbagi info lokasi, akses, dan tips logistik. Kadang bisa nebeng atau share kendaraan.
Kerja freelance butuh fleksibilitas tinggi, tapi juga disiplin dalam perhitungan. Karena tidak ada gaji tetap, setiap rupiah harus dihitung.
Kreativitas Butuh Perhitungan
Kerja sebagai fotografer freelance bukan hanya soal passion. Tapi juga soal strategi bertahan. Saya berharap klien lebih menghargai aspek logistik dan ongkos kerja dalam setiap proyek. Karena kami bukan hanya datang untuk memotret, tapi juga berjuang agar tetap bisa berkarya.
Saya datang membawa kamera dan ide. Tapi saya juga membawa ongkos yang harus saya hitung sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI