Bekerja mungkin bisa jadi impian banyak orang yang saat ini berstatus pengangguran dan sedang mencari pekerjaan. Bagaimana tidak, di tengah banyaknya pengangguran saat ini, menjadi karyawan kantoran dan mendapat gaji setiap bulan demi bisa mencukupi kebutuhan hidup bisa dibilang sebuah rezeki yang tak ternilai harganya.
Namun apa jadinya jika terdapat banyak drama di kantor tempat kita bekerja? Tentunya kita tak ingin hal itu terjadi.Â
Drama di kantor sebenarnya hanya merupakan kiasan saja dimana merujuk pada kondisi kantor yang penuh konflik, ketegangan, persaingan tak sehat hingga situasi emosional yang menunjukkan sikap tidak profesional di tempat kerja.Â
Biasanya drama kantor terjadi pada hubungan antarpribadi dan bukan pada pekerjaan itu sendiri. Misalnya saja konflik dengan sesama rekan kerja, bahkan konflik dengan atasan di kantor.
Saya ingin bercerita sedikit mengenai pengalaman yang dialami oleh kenalan saya di mana kebetulan dia curhat mengenai kondisi tempat kerjanya. Sebut saja namanya Diana, dia merupakan karyawati di sebuah perusahaan skala kecil dan menduduki posisi sebagai kasir di kantornya. Diana merasa banyak sekali drama yang terjadi di kantornya padahal untuk skala perusahaan kecil menurutnya, tak perlu ada konflik maupun drama dengan sesama karyawan apalagi dengan karyawan di bagian lapangan yang sebagian besar laki-laki.
Sebagai seorang karyawan, Diana ingin memegang teguh prinsipnya untuk selalu berbuat jujur dan tegas dimanapun dia bekerja. Sayangnya kantor tempatnya bekerja terdiri dari beberapa karyawan yang tidak jujur terutama divisi lapangan.Â
Beberapa kali Diana memergoki struk pengisian BBM selalu berada di nominal yang cukup besar namun keesokan harinya karyawan divisi lapangan selalu minta uang operasional kembali dengan alasan untuk isi bensin mobil. Pernah suatu ketika Diana melakukan pengecekan indikator bahan bakar di mobil kantor, dia kaget karena jarum penunjuk masih berada pada kondisi F atau Full sementara karyawan divisi lapangan sudah minta uang untuk beli bensin mobil lagi.
Sebagai kasir, Diana tidak bisa membiarkan hal ini terus menerus terjadi di kantornya. Apalagi posisinya sebagai kasir, rentan dipertanyakan oleh pimpinan perusahaan, kenapa pengeluaran kantor dalam sebulan cukup banyak.Â
Akhirnya Diana pun berinisiatif menegur beberapa rekan kerjanya di divisi lapangan. Yang terjadi adalah Diana mendapat jawaban sinis dan beberapa rekan kerja di divisi lapangan tidak suka dengan teguran serta pertanyaannya. Hingga akhirnya Diana merasa dirinya dikucilkan oleh beberapa rekan kerja dari divisi lapangan dengan cara tidak diajak berbicara dan rekan kerjanya cenderung berbicara kasar terhadapnya.
Kebetulan, perusahaan tempat Diana bekerja menerapkan sistem kekeluargaan namun bagai pisau bermata dua, sistem seperti ini cenderung disalahgunakan oleh sebagian karyawan.Â