Mohon tunggu...
Zakki Ahmad Fauzi
Zakki Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Penulis/Blogger

Gemar membaca dan menulis. Dulu sempat suka menggambar sketsa. Suka sejarah, pemerintahan, falsafah, militer, aviasi, perkapalan, dan banyak hal lainnya. Suka anime, manga, manhwa, dan manhua.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sustainer City: Jantung Bangsa

13 September 2025   23:22 Diperbarui: 13 September 2025   23:22 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesisir (connector dots) adalah ekor naga---bergerak luwes, menyesuaikan arah, menjalin hubungan dengan dunia luar.

Indonesia tidak boleh hanya menjadi agraris tertutup seperti Mataram, juga tidak boleh hanya maritim terbuka seperti Demak. Keduanya harus bersenyawa.

---

Jalan Menuju Sustainer-Connector Nation

Membangun ini tidak sekadar urusan teknis, tetapi peradaban. Ada tiga tahapan besar:

1. Merancang ekologi nasional: membangun sistem kota-kota dengan peran jelas, tidak semua berlomba jadi Jakarta kedua.

2. Menguatkan kedaulatan domestik: memastikan pangan, energi, dan teknologi dasar dikuasai oleh bangsa sendiri.

3. Menyebarkan jala konektivitas: setiap connector dot menjadi simpul dalam jaringan dagang, ilmu, dan diplomasi yang mengikat dunia pada Indonesia.

Hasil akhirnya: sebuah negara yang tidak hanya bertahan, tetapi juga menopang dunia. Sebuah bangsa yang sustain dari pedalaman dan connect dari pesisir.

Konsep ini sebenarnya sudah mengarah ke blueprint abad ke-21 untuk Indonesia: bukan hanya ibu kota di pedalaman, tetapi arsitektur nasional dengan satu sustainer city dan banyak connector dots. Dari sinilah Indonesia bisa naik kelas dari sekadar welfare state menuju sustainer-connector nation.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun