Mohon tunggu...
Zakki Ahmad Fauzi
Zakki Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Blogger

Gemar membaca dan menulis. Dulu sempat suka menggambar sketsa. Suka sejarah, falsafah, visi masa depan, dan banyak hal lainnya. Suka anime, manga, manhwa, dan manhua. Suka Akal Imitasi (AI) dan sering diskusi bersama AI dalam merumuskan topik bahasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pramuka Indonesia: Asuhan Seorang Raja

9 September 2025   12:01 Diperbarui: 9 September 2025   07:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Krisis Pembina Profesional
Banyak kegiatan Pramuka di sekolah lebih banyak dibina oleh senior daripada pembina resmi. Akibatnya, terjadi budaya bentak-membentak dan senioritas berlebihan, bukan pendidikan karakter yang membangun.

2. Kurangnya Regenerasi dan Pembaruan Kurikulum
SKU dan SKK, meskipun sangat kaya, sering dianggap kuno jika tidak dihubungkan dengan kebutuhan zaman. Padahal, Pramuka seharusnya relevan dengan isu-isu kontemporer: digital, lingkungan, kewirausahaan, hingga AI.

3. Persaingan dengan Komunitas Ekstrakurikuler Lain
Banyak sekolah kini lebih memilih kegiatan modern seperti robotik, bela diri, atau olahraga populer dibanding Pramuka. Jika Pramuka tidak bertransformasi, ia bisa dianggap hanya sebagai warisan masa lalu.

4. Ketergantungan pada Anggaran Negara
Padahal, gerakan kepanduan seharusnya juga bisa mandiri, melalui usaha kreatif, ekonomi sosial, atau jaringan alumni.

---

Mitigasi dan Jalan Ke Depan

Untuk menjawab tantangan ini, beberapa langkah bisa menjadi mitigasi masa depan Pramuka Indonesia:

1. Training of Trainers (KMD/KML plus TNI/Polri)
TNI dikenal disiplin, terstruktur, dan tegas. Jika mereka dilatih dengan ruh Pramuka—AD/ART, UU No. 12 Tahun 2010, Dasa Darma, SKU-SKK, hingga sejarah Pramuka—maka akan lahir pembina yang bukan hanya profesional, tapi juga berwibawa.

2. Pramuka Sepanjang Hayat
Mengembangkan tingkatan baru dari Ananda (sebelum lahir) hingga Paramita (lansia bijak). Dengan begitu, Pramuka menjadi sistem pendidikan karakter sepanjang hayat, tidak berhenti di Pandega.

3. Pramuka sebagai Induk Komunitas
Semua komunitas pemuda—karang taruna, olahraga, seni, bahkan komunitas keagamaan—bisa berada di bawah naungan ruh Pramuka. Tidak harus simboliknya, tetapi nilainya. Dengan ini, Pramuka tetap menjadi payung ideologi.

4. Modernisasi dan Relevansi
SKU-SKK harus terus diperbarui agar relevan dengan isu modern: coding, literasi digital, kewirausahaan, lingkungan hidup, bahkan teknologi luar angkasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun