Mohon tunggu...
Fauzan Muhammad
Fauzan Muhammad Mohon Tunggu... Konsultan -

Direktur Eksekutif Lokomotif Perubahan. Dapat ditemui di alamat fauzansjr@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenapa dengan Takdir?

25 Mei 2012   15:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:48 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

.........

Tepat 90 menit lagi keberangkatannya. Lama kami membisu tanpa ada satu patah kata pun yang keluar. Terlihat dari raut wajahnya kekecewaan yang mendalam. Dan akhirnya ia memecahi keheningan itu.
"Kenapa Tuhan mempertemukan kita dalam 1 kesempatan saja, lalu sekarang kita akan berpisah dalam jarak yg cukup jauh? Apa hanya sebatas mimpi saja aku untuk dapat bersamamu lagi? Dan aku pikir aku cukup kuat untuk melewati hari tanpamu, serta kuharap tak ada angin kerinduan yg meniupiku.
Ah terlalu buruk semua kejadian ini."

"Tidak. Kau terlalu norak jika memikirkan itu semua. Optimis saja, kita masih dapat bersama. Mungkin saja tuhan menakdirkan suatu saat nanti kita terus bersama selamanya. Tapi tidak dalam waktu sekarang. Percayalah pada takdir," kataku.

"Kau benar. Sudah semestinya aku begitu. Hanya saja aku belum begitu mengerti kenapa jalan cerita kita begini. Bukankah hal yang paling menyenangkan bila kita bisa terus bersama? Tapi kenapa aku harus menunggumu terlebih dahulu? Aku kehilanganmu, sungguh aku takut kau menghilang dariku. Aku tak terbiasa untuk berharap. Kau harus tahu itu."

"Jangan kau pakai keegoisanmu. Kau harus tahu aturan main hidup ini. Jangan kau mendahului takdir. Biar semua berjalan alami, hingga kau merasa bosan. Kau harus bisa, dan bisa saja ini adalah proses pendewasaan diri kita."

"Lalu bagaimana jika suatu saat nanti ternyata kau mengecewakanku? Apa aku harus tetap menanti meski hatiku telah berdarah lantaran duka? Kesetiaan itu mahal, kesetiaan itu manis. Tapi terkadang kesetiaan itu pahit, pahit sekali. Kau juga harus mengerti, ibarat sungai kering yang menanti turunnya hujan dari langit, itulah aku."

"Percaya akan takdir itulah salah satu kuncinya. Tak mungkin aku menggantungkan sesuatu yang tak mungkin untuk aku hadapi kembali. Jangan kau pesimis lagi. Jalan kita masih panjang." --------------------------------------------------

» Sepertinya terlalu buruk mengakhiri cerita dengan hal yg menyedihkan, dan kupikir juga terlalu norak rasanya untuk menutup sebuah cerita dengan akhir yang penuh bahagia. Jadi, aku rasa cerita ini dicukupkan saja.
:)
============================================================================

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun