Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rekayasa Takdir Termutakhir

25 Maret 2024   19:16 Diperbarui: 26 April 2024   23:19 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Tri Handoyo

Sebagai orang terkaya, Abah Yunus selalu dikelilingi orang-orang yang bersikap manis kepadanya. Apalagi ia dikenal cukup dermawan. Ia tahu bahwa sikap manis orang-orang itu kebanyakan dipengaruhi oleh karena harta kekayaan yang dimiliknya. Ia tahu betul itu, karena di masa kecilnya dulu ia adalah orang miskin. Saat itu tidak ada satu pun yang bersikap manis kepadanya.

Lelaki di usia senja itu kini sedang mengalami dilema terbesar di sepanjang hidupnya. Ia merasa itu bagaikan badai dasyat yang nyaris memporak-porandakan keimanannya. Julaika, putri semata wayangnya, tengah hamil di luar nikah, dan lelaki yang bertanggung jawab atas kehamilan itu adalah salah seorang kuli yang sedang merenovasi rumahnya.

Ia bingung antara memilih menggugurkan si jabang bayi dalam kandungan putrinya, kemudian menyuruh kuli kurang ajar itu untuk pergi, atau terpaksa menikahkan putrinya dengan kuli yang sangat dibencinya itu. Ia benci setengah mati. Ia tahu rencana busuk pemuda itu, yaitu hanya mengejar harta warisannya. Ia yakin itu karena beberapa kali shalat istikhara dan firasat yang ia dapatkan selalu buruk.

Pertama-tama yang akan ia lakukan, menghentikan semua pekerja yang sedang merenovasi rumah. Ia akan beralasan ada urusan ke luar kota dalam jangka waktu lama. Kemudian ia memanggil kuli yang menghamili putrinya untuk berbicara empat mata.

"Fir," kata Abah Yunus dengan suara berat. Ditatapnya kuli di hadapnnya dengan tajam. "Saya minta tolong dengan sangat agar kamu pergi meninggalkan putriku. Maaf, aku tidak akan pernah merestui kalian menikah!"

Sebelum Firman sempat mengucapkan sepatah kata, Abah Yunus menyodorkan tumpukan uang. "Ini uang seratus juta. Aku ingin mulai detik ini tinggalkan putriku dan jangan pernah lagi menginjakkan kaki di kota ini!" Dia mengamati wajah pemuda itu dengan serius dan menangkap ada kegembiraan yang tersirat. "Dan tolong rahasiakan ini! Silakan pergi secepatnya!"

Tanpa menunggu lama, Firman meraih tas yang telah disediakan di samping uang, memasukan semua uang itu, dan melangkah keluar dari ruang kantor yang dingin itu. "Saya mohon maaf, Abah! Assalamualaikum..!"

Ada perasaan lega sekaligus rasa bersalah menyeruak dalam dada Abah Yunus. Dari kaca jendela ia mengamati pemuda itu pergi. Sejak awal ia sudah menaruh curiga. Pemuda yang mengaku bernama Firman itu cukup tampan dan gagah untuk menjadi seorang kuli. Ia pikir akan sangat muda bagi Firman untuk mencari gadis yang cantik, bukan seperti Julaika, yang bertubuh pendek dan lumayan gemuk. Itulah yang menjadikan Abah Yunus berpikir bahwa satu-satunya alasan Firman mendekati putrinya adalah semata-mata demi mengincar warisannya.

Abah Yunus juga tidak bisa menyalahkan putrinya. Ia sangat memakluminya. Pemuda itu memang mempesona, tapi ia terlalu sempurna bagi putrinya. Cinta adalah hal yang mustahil diterima akal sehat, kecuali ada motif lain.

Sekarang lelaki setengah baya itu tinggal memikirkan bagaimana menyembuhkan luka hati putrinya, yang pasti akan hancur. Ia tahu putrinya sangat tergila-gila dengan kuli tampan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun