Mohon tunggu...
Fajar Patmawan
Fajar Patmawan Mohon Tunggu... Musisi - Minimalism

soundcloud: sranganfajar IG: fajar_patmawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

lelahku bersama lelapmu

5 Mei 2018   12:23 Diperbarui: 5 Mei 2018   12:45 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by fajarpatmawan


aku benar-benar lelah menulis kali ini

aku kehabisan huruf, kata, kalimat dan paragraf

aku kehabisan diksi, baris dan bait

aku kehabisan istilah, konsep dan teori

aku hanya ingin terjaga malam ini

menunggu pagi hingga kau terbangun lagi

beberapa butir pil pahit menemani tidurmu yg manis

segelas air putih hangat menemani rinduku yang dingin

hanya mimpi, harap dan keyakinan. esok kau akan kembali dengan senyuman

virus jahat dalam tubuhmu terbunuh oleh mantra yang ku rapal semalaman

menetralkan energi yang negatif, menggantikan dengan energi positif

menetralkan yang dingin di luar dan yang panas di dalam tubuhmu

- --

tiba-tiba kau hampir terbangun, namun tak sanggup terbangun

sepertinya kau ingin bergerak namun hanya nafasmu yang semakin sesak

kau ingin berteriak namun seolah sesuatu semakin mencekik lehermu, itu bukan aku

matamu memandang ke dinding kamar dan sekitar, sekali dua kali kau lihat bayang hitam beterbangan

sepuluh menit berlalu, kau masih saja terbujur kaku melulu

belum ku dengar sedikitpun suaramu, apalagi canda tawa dan manis rayumu

belum ku lihat juga getarmu apalagi gerakmu, tubuhmu menegang, mengeras berkeringat deras

aku hanya bisa mengira beberapa arwah ataupun alien sedang liburan, tubuhmu dijadikan lalu lintas

beberapa menit pun berlalu, ku dengar sesuatu dari mulutmu

itu bukan suaramu, warna suara dan frekuensi yang tak biasanya ku dengar

terkadang terdengar rintihan dengan warna suara yang magis dengan frekuensi yang tinggi

terkadang juga desah maupun resah dengan suara serak basah, begitu kelam di frekuensi bawah

ku coba menyentuh tanganmu, untuk sekedar mengukur suhu tubuhmu

nyaris aku seketika terpental dari sampingmu, seperti ledakan yang siap meluluh lantakkan, tiada terkendali

tubuhmu begitu panas, bahkan ini lebih panas dari suhu yang pernah ku rasakan di bumi ini, mungkin dari lain dimensi

energi dari tubuhmu juga terlalu besar untuk bertemu dengan tubuhku kali ini, ku rasa ini energi dari luar bumi

bersentuhan hanya akan membuat kita saling meluluh lantakkan, mempercepat ketiadaan

berdekatan saja sudah terasa ada energi yang saling menolak, satu sama lain saling menjauhkan

ku hanya bisa mengamatimu dari jarak aman, mendengarkan apa yang masih di ambang audiosonik

sesekali jangkrik mulai resah dengan ambang infrasoniknya, kelelawar juga lelah dengan ambang ultrasoniknya

sesekali ku dengar diskusi makhluk tak terdefinisi itu dalam tubuhmu

suara yang kadang begitu riuh, bersahutan bergantian, namun tak juga ku pahami

bahasa memang sering kali jadi kendala bagi manusia, apalagi dengan yang beda dimensi

alam pun  sebenarnya juga sering mengajak kita bicara, namun entah kenapa kita enggan menanggapinya

- -- - --

ku lihat keringat dalam tubuhmu semakin menderas, seiring dengan suhu kamar yang mendingin

hampir sekitar satu jam lebih kau terbujur tak berdaya, tanpa suara, tanpa gerak, kini kau juga kembali mendingin

ku dekati dirimu, dan tak kurasakan lagi energi itu berusaha melemparkan aku, tak kurasakan energi penolakan itu, membeku

ruang dan waktu seolah membeku, ku coba rengkuh dirimu dalam peluk yang paling khusyuk bersama doa, harapan dan keyakinan

ku rasakan pelukku semakin menghangat, ku sadari perlahan kau mulai bisa bergetar, bergerak, lalu memelukku lebih khusyuk

keringatmu yang terus mengalir turut membasahi tubuhku, kini bibirmu mencari bibirku, melumat dengan penuh khidmat

berdua kita menutup mata, mensyukuri tiap detik yang telah terjadi, menikmati setiap ruang yang telah kita jelajahi

berdua kita saling menyukupi kebutuhan tubuh satu sama lain, mengobati dan menyembuhkan perih dalam jeritan

"sayang, aku belum ingin mati sebelum bercinta denganmu sepenuh hati"

"sepanjang hidup dan sebelum mati, aku ingin mencintaimu setulus hati" 

"jika mati adalah sebuah kepastian, mencintaimu sepanjang hidup tak butuh keraguan"

"karena cinta akan tetap hidup, setelah mati kita akan tetap bercinta di firdaus sana"

tak lama kemudian, kita akhirnya menikah

karena kau dengan sengaja mengajakku memakan buah pengetahuanmu

dan kau juga dengan sengaja menikmati buah pengetahuanku

dalam ruang dan waktu yang syahdu, kita hanya perlu menunggu

buah cinta akan tercipta

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun