aku benar-benar lelah menulis kali ini
aku kehabisan huruf, kata, kalimat dan paragraf
aku kehabisan diksi, baris dan bait
aku kehabisan istilah, konsep dan teori
aku hanya ingin terjaga malam ini
menunggu pagi hingga kau terbangun lagi
beberapa butir pil pahit menemani tidurmu yg manis
segelas air putih hangat menemani rinduku yang dingin
hanya mimpi, harap dan keyakinan. esok kau akan kembali dengan senyuman
virus jahat dalam tubuhmu terbunuh oleh mantra yang ku rapal semalaman
menetralkan energi yang negatif, menggantikan dengan energi positif
menetralkan yang dingin di luar dan yang panas di dalam tubuhmu
- --
tiba-tiba kau hampir terbangun, namun tak sanggup terbangun
sepertinya kau ingin bergerak namun hanya nafasmu yang semakin sesak
kau ingin berteriak namun seolah sesuatu semakin mencekik lehermu, itu bukan aku
matamu memandang ke dinding kamar dan sekitar, sekali dua kali kau lihat bayang hitam beterbangan
sepuluh menit berlalu, kau masih saja terbujur kaku melulu
belum ku dengar sedikitpun suaramu, apalagi canda tawa dan manis rayumu
belum ku lihat juga getarmu apalagi gerakmu, tubuhmu menegang, mengeras berkeringat deras
aku hanya bisa mengira beberapa arwah ataupun alien sedang liburan, tubuhmu dijadikan lalu lintas
beberapa menit pun berlalu, ku dengar sesuatu dari mulutmu
itu bukan suaramu, warna suara dan frekuensi yang tak biasanya ku dengar
terkadang terdengar rintihan dengan warna suara yang magis dengan frekuensi yang tinggi
terkadang juga desah maupun resah dengan suara serak basah, begitu kelam di frekuensi bawah
ku coba menyentuh tanganmu, untuk sekedar mengukur suhu tubuhmu
nyaris aku seketika terpental dari sampingmu, seperti ledakan yang siap meluluh lantakkan, tiada terkendali
tubuhmu begitu panas, bahkan ini lebih panas dari suhu yang pernah ku rasakan di bumi ini, mungkin dari lain dimensi
energi dari tubuhmu juga terlalu besar untuk bertemu dengan tubuhku kali ini, ku rasa ini energi dari luar bumi
bersentuhan hanya akan membuat kita saling meluluh lantakkan, mempercepat ketiadaan
berdekatan saja sudah terasa ada energi yang saling menolak, satu sama lain saling menjauhkan
ku hanya bisa mengamatimu dari jarak aman, mendengarkan apa yang masih di ambang audiosonik
sesekali jangkrik mulai resah dengan ambang infrasoniknya, kelelawar juga lelah dengan ambang ultrasoniknya
sesekali ku dengar diskusi makhluk tak terdefinisi itu dalam tubuhmu
suara yang kadang begitu riuh, bersahutan bergantian, namun tak juga ku pahami
bahasa memang sering kali jadi kendala bagi manusia, apalagi dengan yang beda dimensi
alam pun  sebenarnya juga sering mengajak kita bicara, namun entah kenapa kita enggan menanggapinya
- -- - --
ku lihat keringat dalam tubuhmu semakin menderas, seiring dengan suhu kamar yang mendingin
hampir sekitar satu jam lebih kau terbujur tak berdaya, tanpa suara, tanpa gerak, kini kau juga kembali mendingin
ku dekati dirimu, dan tak kurasakan lagi energi itu berusaha melemparkan aku, tak kurasakan energi penolakan itu, membeku
ruang dan waktu seolah membeku, ku coba rengkuh dirimu dalam peluk yang paling khusyuk bersama doa, harapan dan keyakinan
ku rasakan pelukku semakin menghangat, ku sadari perlahan kau mulai bisa bergetar, bergerak, lalu memelukku lebih khusyuk
keringatmu yang terus mengalir turut membasahi tubuhku, kini bibirmu mencari bibirku, melumat dengan penuh khidmat
berdua kita menutup mata, mensyukuri tiap detik yang telah terjadi, menikmati setiap ruang yang telah kita jelajahi
berdua kita saling menyukupi kebutuhan tubuh satu sama lain, mengobati dan menyembuhkan perih dalam jeritan
"sayang, aku belum ingin mati sebelum bercinta denganmu sepenuh hati"
"sepanjang hidup dan sebelum mati, aku ingin mencintaimu setulus hati"Â
"jika mati adalah sebuah kepastian, mencintaimu sepanjang hidup tak butuh keraguan"
"karena cinta akan tetap hidup, setelah mati kita akan tetap bercinta di firdaus sana"
tak lama kemudian, kita akhirnya menikah
karena kau dengan sengaja mengajakku memakan buah pengetahuanmu
dan kau juga dengan sengaja menikmati buah pengetahuanku
dalam ruang dan waktu yang syahdu, kita hanya perlu menunggu
buah cinta akan tercipta
Â