Seperti gelombang memeluk lambung perahumu
Ingin sekali aku sibak rinduku
Seperti sibak layar perahumu mendulang angin di atas dada samudra
Ingin sekali aku rangkul tanganmu
Seperti kailmu yang menautkannya di bibir ikan-ikan tangkapanmu
Aku ingin kita selalu bersama
Seperti ikan-ikan dengan kebersamaannya bersarang di perut jalahmu dan mati dalam babitmu
Tapi tidak mengapa, jika waktu kelak memanggilmu pulang ke rahim tanah tua
Tanah kie Besi
Sebab telah kutambatkan risalah kita di punggung bulan yang bergantung di dahan tahun
Juga namamu, telah ku tulis di pelepah jam yang menepel diranting hari
Aku selalu mengenang mu
Pada harapan-harapan yang kau lafalkan di gendang telingaku
Tentang anak cucumu yang kelak sekali necis namun tetap rama pada alam kita
Ramah pada karang-karang tempat para bayi kerapu dan bubara ditimang induknya
Iya, kau selalu ingin agar ikan kita tidak terbebani dengan tangan jahil manusia hingga membuat mereka kurus dan terponga-ponga mendayung arus dengan siripnya yang lusu
Dan di atas lambung perahumu kau selalu berbisik pada angin tentang petuamu
Kau tetap lestari
Seperti musim ombak selatan berdunyun-duyun ke utara yang selalu membawa musim Tuna
Juga seperti musim bulan gelap yang selalu mengundang suntung pada perjamuan gulita dengan nyanyian syahdu di kulit air
Kau lestari dalam risalah dan petuamu.
Fores, 27 Maret 2021
*
Babit: tali untuk merangkai ikan tangkapan
Suntung: Cumi-cumi
Bubara: karangidae (kuwe)
Necis: rapih
Jala: jaring tangkap ikan