Mohon tunggu...
Nurul Bayyinah
Nurul Bayyinah Mohon Tunggu... Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Udayana

Sebagai mahasiswa Sastra Indonesia, saya memiliki ketertarikan khusus pada dunia kepenulisan. Bagi saya, menulis bukan hanya sarana menuangkan ide, tetapi juga cara memahami manusia, budaya, dan realitas di sekitar. Dengan latar akademis yang berfokus pada bahasa dan sastra, saya berusaha mengasah kepekaan, memperkaya imajinasi, serta membangun keterampilan menulis yang dapat melahirkan karya-karya bernilai, baik dalam bentuk akademis maupun kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Kematian Yang Tak Pernah Sampai

2 Oktober 2025   21:00 Diperbarui: 2 Oktober 2025   21:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di laci meja, aku temukan gigimu

masih tersenyum walau kau sudah lama

meninggalkan napasmu di bantal yang

kubasuh tiap malam dengan doa patah.

Ah, kamu memang pandai bercanda:

meninggal di hari ulang tahunku,

pakai gaun putih tanpa bilang-bilang.

Aku sempat mengira kau hanya

bersembunyi di lemari, main petak-umpet

dengan detak jam dan aroma formalin.

Ternyata tidak.

Kau benar-benar serius kali ini.

Lebih serius dari janji pernikahanmu

yang dulu dibisikkan ke telingaku

di depan kasir toko fotokopi.

Kubayangkan kau sedang duduk

di halte akhirat makan gorengan,

ngobrol dengan para mantan,

dan menyebut namaku

dengan nada yang sudah tidak getir lagi.

Apa kau bahagia sekarang?

Punya tempat tidur abadi

tanpa cicilan,

tanpa harus mendengar keluhanku

tentang nasi yang gosong atau cinta yang dingin?

Aku di sini,

berteman dengan kenangan

yang suka menyelinap ke dapur

dan menjerang air mata diam-diam.

Kematianmu begitu artistik,

seolah Tuhan menyutradarai tragedi ini

dengan selera humor yang

sangat...

sangat...

kejam.

Tapi tak apa.

Aku tetap menulis surat padamu.

Menitipkannya lewat tukang pos

yang juga sudah mati

barangkali mereka punya jaringan khusus

di langit.

Dan kalau suratku sampai,

tolong balas.

Tapi jangan lewat mimpi.

Aku sedang malas tidur.

Sudah terlalu banyak kehilangan

yang bersembunyi di bawah bantal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun