Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Rembulan di Kelopak Matamu #5

22 Agustus 2022   11:33 Diperbarui: 22 Agustus 2022   11:37 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

5. Buku Harian

Setelah melihat kotak kado yang kedua, Ali segera pergi ke warung yang dia datangi pagi tadi. Ali ingin bertanya tentang nama dan tempat tinggal perempuan yang dia temui tadi pagi. Tanpa berfikir panjang Ali segera tancap gas ke warung tadi pagi. Jarak antara warung dengan kontrakan Ali lumayan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki, jadi dia memutuskan naik motor. Warung itu terlihat di depan sana. Setelah memarkirkan motor di depan warung, Ali memanggil pemilik warung

"Assalamu'alaikum ibu", tapi tidak ada yang menjawab

Dua kali, tiga kali, empat kali. Tetap tidak ada yang menjawab salam Ali. 

"Kira-kira kemana ya ibu pemilik warung ini pergi?", Ali bertanya pada diri sendiri.

"Cari siapa nak?", tanya seorang bapak-bapak yang tengah lewat di depan warung.

"Oh ini pak, saya sedang mencari ibu pemilik warung ini"

"Oh, orang-orang disini sedang ke rumah Mbah Ijah. Ada yang meninggal"

"Siapa yang meninggal pak?", Ali penasaran.

"Cucunya yang meninggal nak, namanya Sarah. Tadi pagi setelah menyiapkan masakan untuk neneknya tiba-tiba dia jatuh pingsan. Lalu dia dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong"

Seakan-akan disambar guntur di malam hari, kepala Ali tiba-tiba menjadi pusing. Apakah orang yang mengirimi dia kotak kado adalah orang yang dimaksud oleh bapak ini?

"Hei nak, kamu kenapa?"

"Eh, tidak apa-apa pak. Bapak bisa mengantarkan saya ke rumahnya?", bapak itu membuyarkan lamunan Ali.

"Ayo nak, kebetulan bapak juga mau kesana", ajak bapak itu.

Selama perjalanan Ali hanya bisa diam, butiran air menetes dari ujung matanya. Jika benar orang yang diceritakan oleh bapak tadi adalah orang yang mengirimi Ali kotak kado, maka Ali sudah benar-benar terlambat. Karena Ali belum sempat menanyakan tentang kisah masa kecilnya. Dan, ucapan bapak tersebut memang benar. Orang yang meninggal di depannya itu adalah Sarah. Orang yang mengirimi dia dua kotak kado.

***

Pusara itu terlihat dipenuhi oleh bunga-bunga yang masih segar. Terlihat seorang pemuda dan seorang nenek sedang duduk di samping pusara itu. Ali dan Mbah Ijah. Mata Ali masih terlihat merah karena tak kuasa menahan tangis karena kepergian teman masa kecilnya. Siapa juga yang akan menyangka bahwa orang yang waktu kecil sering bermain dengan kita akan pergi jauh meninggalkan kita. Dan hal ini yang sedang dialami oleh Ali. Orang-orang yang mengantar Sarah sudah pulang dari tadi, namun Ali dan Mbah Ijah masih bertahan disana.

"Ali", Mbah Ijah membuka perbincangan.

"Iya nek", Ali menoleh ke Mbah Ijah.

"Terima kasih sudah mau mengantarkan Sarah ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Mbah tidak menyangka kamu akan datang. Mbah sering mendengarkan Sarah bercerita tentang kamu", Ali masih khusyu' mendengarkan "Sarah sering bercerita bahwa kamu dulu sering bermain dengan Sarah waktu masih di sekolah madrasah. Mbah juga masih tidak menyangka bahwa sosok Ali yang dimaksud oleh Sarah adalah kamu"

Mbah Ijah diam. Tidak melanjutkan ceritanya lagi. Ali yang sejak tadi memandang Mbah Ijah beralih memandang lagi pusara Sarah.

"Oh iya Ali, apakah kamu mau tinggal dengan Mbah? Barangkali kamu mau menemani mbah di rumah"

"Kalau nenek berkenan, saya akan menemani nenek tinggal di rumah"

Awan hitam mulai menggantung di langit. Udara dingin mulai menusuk-nusuk kulit Ali dan Mbah Ijah. Suasana yang tepat untuk mengiringi kepergian seseorang yang bahkan belum sempat Ali sapa.

"Ayo nek kita pulang. Mumpung belum hujan", ajak Ali.

"Ayo nak"

Ali menggonceng Mbah Ijah pulang menuju rumah. Sebenarnya Ali masih ingin tetap tinggal di kontrakannya yang lama. Tapi karena Ali ingin mengingat kembali memori masa kecilnya yang hilang, jadilah dia memutuskan untuk tinggal bersama Mbah Ijah. Barangkali dia bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang masa kecilnya. Tepat setelah Ali dan Mbah Ijah masuk rumah, hujan di luar turun dengan derasnya.

"Karena sedang hujan, nak Ali bisa berteduh disini dulu. barang-barangnya Ali dibawa kesini kalau hujannya sudah reda saja"

"Iya nek", Ali duduk di ruang tengah. Di beberapa sudut ruang tengah itu ada foto-foto yang menggantung. Salah satunya ada foto Sarah dan Mbah Ijah. Namun tidak dia temui foto Sarah dengan kedua orang tuanya.

"Ini nak Ali tehnya", Mbah Ijah kembali dari dapur sambil membawa nampan dengan dua teh di atasnya. Mbah Ijah ikut duduk di kusi ruang tengah.

"Terima kasih nek", Ali mengambil salah satu teh. Walaupun Ali sukanya kopi tapi demi menghormati Mbah Ijah yang sudah repot-repot membuatkannya teh, Ali mau meminum teh tersebut.

"Oh iya nek", Ali mencoba akrab dengan sosok tua di depannya itu "Kalau boleh tahu, dulu waktu Sarah kecil. Nenek dan Sarah tinggal dimana?"

Mbah Ijah menjadi bingung untuk memulai cerita darimana. Karena mengingat masa lalu hanya akan memunculkan kembali luka lama yang sudah sembuh. 

"Mbah tidak bercerita nak. Mbah sudah agak lupa dengan peristiwa masa lalu", Mbah Ijah beralasan "Mungkin kamu bisa mencari tahu lewat buku harian yang biasa Sarah tulis. Sebentar Mbah ambilkan dulu bukunya"

Mbah Ijah bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar Sarah. Ali hanya termenung, mengingat pertemuannya dengan Sarah yang begitu singkat. Bahkan belum sempat Ali menebak orang yang mengiriminya kotak kado itu adalah orang yang dia temui di warung kemarin, orang itu sudah meninggalkannya jauh. Bahkan bisa dikatakan sangat jauh.

"Ini nak Ali buku hariannya Sarah. Barangkali itu memang ditujukan Sarah buat kamu", Mbah Ijah kembali dari kamarnya Sarah.

"Iya nek terima kasih", Ali menerima buku harian milik Sarah. Buku harian tersebut bersampul kertas berwarna hijau tua dengan hiasan bunga-bunga berwarna putih. Diatasnya tertulis nama pemilik buku tersebut, Rahmania Sarah, begitulah yang tertulis. 

"Nak Ali kalau mau istirahat bisa tidur dikamar tengah itu", Sambil menunjuk kamar yang dimaksud "Nenek mau nyicil masak dulu buat acara tahlil nanti malam. Mungkin ibu-ibu datang kesini setelah hujan reda"

"Iya nek, Ali istirahat di ruang tengah saja tidak apa-apa"

"Ya sudah kalau gitu, Mbah ke dapur dulu", Mbah Ijah meninggalkan Ali sendirian di ruang tengah.

Ali melihat-melihat sebentar buku harian yang sedang ada di tangannya itu. Lalu mulai membukanya. Di halaman pertama tertulis Sekolah Madrasah.

"Sepertinya Sarah membuat beberapa bab dalam buku hariannya ini", Ali bergumam sendiri. Ali membuka halaman selanjutnya dan disana terdapat hari dan tanggal peristiwa yang dia tulis.

Pada halaman itu Sarah menulis judul "PERTEMUAN".

"Sepertinya ini akan menjadi awal kisah pencarian akan masa kecilku yang hilang", Ali mulai membaca buku harian milik Sarah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun