Dari debu kemarau yang panjang, kau lahir,Â
Terlempar ke jalanan, tanpa arah, tanpa suluh.Â
Wamena menjadi saksi langkah-langkah kecil yang getir,Â
Baca juga: Waktu di antara Hujan dan Senja
Mencari sesuap ubi bakar di antara kerasnya peluh.
Lalu sebuah tangan terulur, sebuah rumah terbuka,Â
Menyebutmu bukan lagi anak yang terbuang,
 Tapi Generasi Anak Panah, pusaka berharga,
Baca juga: Rasa Ini Tertumpuk di Sini
Yang disiapkan untuk terbang tinggi di masa depan yang membentang.
Baca juga: Puisi Guru untuk Siswa
Di sini, busur diasah dengan doa dan iman,Â
Mata panah ditajamkan oleh ilmu pengetahuan,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!