Dari debu kemarau yang panjang, kau lahir,Â
Terlempar ke jalanan, tanpa arah, tanpa suluh.Â
Wamena menjadi saksi langkah-langkah kecil yang getir,Â
Mencari sesuap ubi bakar di antara kerasnya peluh.
Lalu sebuah tangan terulur, sebuah rumah terbuka,Â
Menyebutmu bukan lagi anak yang terbuang,
 Tapi Generasi Anak Panah, pusaka berharga,
Yang disiapkan untuk terbang tinggi di masa depan yang membentang.
Di sini, busur diasah dengan doa dan iman,Â
Mata panah ditajamkan oleh ilmu pengetahuan,Â
Batangnya dikuatkan oleh kerja dan pengabdian,
 Menjadikanmu pahlawan dengan tujuan.
Kini, melesatlah kau, Anak Panah lapago!
 Bukan lagi ratapan, tapi pekik kemenangan yang kau bawa.Â
Tembuslah awan kelam, ukir masa depan Papua, Sebab esok, di tanganmu, harus lebih baik dari hari ini selamanya.
Kau adalah jawaban, kau adalah harapan,Â
Pahlawan yang bangkit dari luka dan keterasingan.Â
Terbanglah tinggi,Â
Anak Panah Tuhan,Â
Wujudkan hari esok yang gilang-gemilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI