Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Hanya Belajar Dari Kesuksesan Seseorang Tapi Belajarlah Juga Dari Kegagalan Orang Lain

2 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 2 Oktober 2025   08:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Belajar dari Kata yang Tak Sebanding dengan Perbuatan

Menertawakan kejatuhan orang lain, siapa pun adanya, tentu bukanlah sebuah perbuatan yang baik. Namun belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan orang lain, itu adalah pelajaran amat berharga bagi kita. Dengan begitu, kita tidak perlu mengulang kesalahan yang sama, sehingga harus membayar "uang sekolah" yang teramat mahal.

Tulisan ini bukanlah lahir karena latah ikut-ikutan mencela "sang motivator" yang belakangan ini banyak diberitakan.

Beda Zaman, Beda Nuansa, Tapi Kesalahan Sama

Setahu saya, sudah ada sedikitnya sembilan motivator bertaraf nasional maupun internasional yang akhirnya tumbang. Tentu tidak etis bila saya menuliskan nama nama mereka, sebab sebagian besar pembaca sudah mengetahuinya tanpa perlu saya ulang.

  • Yang menarik adalah: meski berasal dari zaman yang berbeda, dengan nuansa dan gaya yang berlainan, kesalahan mereka ternyata sama. Yaitu "tidak mampu menyamakan kata dengan perbuatan."

Mereka sangat piawai memberi motivasi kepada ribuan, bahkan jutaan orang. Kata kata mereka seperti bara yang membakar semangat, seolah "saudara kembar" dengan ayat-ayat suci. Namun sayangnya, mereka justru gagal memotivasi dirinya sendiri.

Akibatnya bisa kita saksikan bersama. Pada masa keemasan, kata kata mereka dipajang di kantor-kantor megah, di ruang-ruang publik, hingga menjadi kalimat penggerak bagi banyak orang. Tetapi begitu tersandung skandal atau terbongkar kelemahan, kata kata bijak itu justru menjadi ironi yang menyakitkan.

Sebuah Cermin untuk Kita Semua

Fenomena ini sesungguhnya menjadi cermin bagi kita semua. Bahwa hidup bukan sekadar pandai berkata-kata, tetapi lebih pada kesanggupan untuk menjalani apa yang kita katakan. Kata-kata bisa memukau, tetapi teladan jauh lebih menggetarkan hati.

"Kata-kata bisa memukau, tetapi teladanlah yang benar-benar menggerakkan hati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun