Sekali waktu ia dengar,"rencana kita pasti berhasil. Mbak yang sabar saja dulu."
Kemudian di kedua kali rada mesra,"tidak usah kuatir ibu, sahabatmu ini akan berjuang maksimal. Tetap saling mengingatkan ya."
Di ketiga kali lebih parah,"iya tante sayang, semua ini sudah matang disiapkan."
Sebab itu Mimin temui Zaid.
"Abang kan sering antar suami saya. Tujuannya kemana Bang?"
"Persisnya saya tidak tahu mbak. Tapi masnya itu turun di dekat pangkalan ojek, kemudian di dekat pasar. Nah yang terakhir itu turun di lapangan becek, tapi belok masuk gang, dan hilang di situ."
"Abang Zaid buntuti?"
"Yang turun di lapangan becek itu aja, mbak. Penasaran soalnya."
"Abang zaid tahu gak?Suami saya pasti main perempuan!"
"Ah mana laku, mbak. Tampangnya aja begitu, serem,"sahut Zaid apa adanya.
"Mana tahu yang serem jadi pilihan perempuan, Bang."