"Saya hitam. Saya unik. Teman-teman ada yang putih dan sawo matang. Teman-teman semua unik," tambah Dewi.
"Bunga-bunga itu yang warnanya macam-macam itu indah bukan? Seperti di surga," jelas Dewi. "Kulit kita, rambut kita, muka kita yang berbeda-beda, juga indah, seperti di surga."
Teman-teman Dewi yang mengikuti dari belakang maupun yang di jendela mengangguk-angguk.
Putra dan grupnya terdiam. Dari balik salah satu jendela, ibu guru mengintip dan tersenyum.
Bel belajar berbunyi. Dewi, Lia, dan lainnya bergegas menuju meja masing-masing.Â
Suasana kelas menjadi sepi dari julukan "hitam ... hitam...".Â
Dewi terus mensyukuri kulitnya yang hitam dan setia mengumandangkan nyanyian langit buat Tuhan.
***
Keterangan:
Dalam cerpen, terdapat kata-kata yang biasa diucapkan pada percakapan informal masyarakat Indonesia timur. Sa berarti saya, kitong berarti kitorang atau kita orang atau kita atau kami, dorang berarti dia orang atau mereka, lia berarti lihat, pu berarti punya, jo adalah aksen yang lazim dipakai dalam dialog sehari-hari, carita berarti bercerita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI