Dewi sekarang mengerti, mengapa ibunya mengajak dirinya menonton konser yang harga tiketnya lumayan mahal.Â
***
Senin pagi, usai upacara bendera, ketika Dewi dan teman-teman masih menanti jam belajar dengan minum dan membereskan perlengkapan, Putra datang menghampiri.Â
"Hitam  ... hitam...," desis Putra dengan sengaja di dekat telinga Dewi ketika melewati meja belajar gadis itu.
Beberapa teman satu grup Putra tertawa.Â
Dewi yang sebelumnya memilih diam, berdiri. Lalu, mengajak Lia teman sebangkunya ikut berdiri. Mereka berdua berjalan ke taman sekolah yang terletak bersebelahan dengan jendela kelas.Â
Teman-teman sekelas jadi ingin tahu. Sebagian mengikuti mereka berdua dari belakang, sebagian mengintip dari jendela.
Putra dan grupnya tidak mau kalah. Mereka menyusul Dewi dan Lia.Â
Dewi menunjuk bunga-bunga di taman. Bunga-bunga semak aneka warna yang sengaja ditanam oleh sekolah untuk memperindah sekaligus sebagai bahan pembelajaran bahwa tanaman yang murah pun bisa membuat lahan menjadi cantik.Â
Secara tidak langsung, sekolah memberitahukan kepada murid-murid bahwa sesuatu yang mudah didapat justru harus disyukuri dan dimanfaatkan untuk sesuatu yang baik.
"Teman-teman, saya memang hitam. Teman-teman ada yang putih dan sawo matang. Semuanya jadi indah seperti bunga-bunga itu," kata Dewi sembari sesekali melirik Putra dan grupnya.