Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Makan, Nafsu, Menjadi Binatang, dan Puasa

18 Maret 2024   17:33 Diperbarui: 5 Mei 2024   21:19 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jelang berbuka puasa (Sumber gambar: detik.com)

William James tergoda oleh kompleksitas pragmatis sebagai teriakan di ruang pengap. Suatu agama patut diragukanan canda Tuhan atas gairah. Tetapi, justeru Dia bagian paling diwaspadai mengenai kelahiran sebuah ampas agama-industri birahi yang digairahkan rasionalitas.

Apakah tubuh dipersembahkan untuk permainan ilusi? 

Tergantung kepentingan seseorang yang masih waras mengenai kepentingan dan kebutaan yang disengaja diselipkan melalui mata dan telinga mereka sendiri. Tetapi, pikiran dan tubuh yang menempahnya melampaui kekuatan determinisme “sejarah daging” (produksi hasrat).

Ia melanda bahasa dan tontonan besar atas gambar seperti kata-kata yang dipompa dengan panca indera dan kesadaran. Ia adalah daya gerak berharga bagi daging segar dinetralisir melalui puasa.

Kita harus membutuhkan citra dan demam yang tinggi dengan keringat bercucuran disertai halusinasi yang berhamburan keluar dari penampakan irasionalitas. Begitulah birahi yang dikambinghitamkan oleh dua unsur utama kebenaran pemabuk, yakni kebutaan dan kesamaran obyek tubuh. 

Sedalam-dalamya nafsu birahi, di semua sudut, manusia lengah dari beban berat memikul insting pemangsa dan menyedot energi kebinatangan.

Kita harus melihat kedalam diri, dimana seseorang akan memusnahkan nafsu-birahi dan hasrat dan sekaligus merayakan kesedihan atas kebodohan mereka yang didaur ulang demi merestui perjalanan panjang atas suatu kebenaran superfisial manusia. 

Hanya serangkaian kesunyian baru tenggelam bersama nyayian kudus, tetapi meriah dan bersuka-cita atas korban-korban wujud artifisial dari nafsu birahi.

Titik awal kegelapan dengan keberhasilan menangkal kilatan dan suara petir di dunia lain.  Seteleh itu, kesunyian-kesunyian baru ditiup-tiupkan nafsu birahi. Tidak ada nilai bagi kita untuk membicarakan suatu transedensasi nafsu di hadapan cahaya dan dalam hasrat untuk pengetahuan melawan kegelapan diri sendiri. 

Kepada kegelapan, makan dan nafsu dipantulkan kepada para pecandu berat kilatan-kilatan petir dibalik sebuah permainan perut yang ironis. 

Makan, nafsu, dan berpuasalah! Berpuasalah jika kita ingin merahi tanda keilahian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun