Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Kita Seperti Pasangan Hidup Mesra dengan Krisis

17 November 2022   18:55 Diperbarui: 21 November 2022   00:18 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resesi 2023 (Sumber gambar : observerid.com)

Hari-hari terakhir masyarakat digegerkan dengan berita mengenai Indonesia akan menghadapi resesi global tahun 2023. Berita itu mengalir "deras" di jagat media sosial. Tidak sedikit orang merasa harap-harap cemas. 

Tetapi, peristiwa krisis yang bagaimana bisa Anda bayangkan jika harus diungkapkan dari sudut pandang tertentu. 

Jejak-jejak peristiwa yang berkembang tidak bisa dipisahkan dari alur pemahaman tentang krisis, siklus, dan perubahan, yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari.

Apa saja pikiran dan tindakan mereka selalu berkaitan dengan kondisi yang mengelilinginya, apalagi menyangkut peristiwa tidak terduga tanpa hukum sebab akibat? 

Berpikir di luar peristiwa besar yang tidak terduga atau berpikir tentang fenomena yang ekstrim dan kompleks. 

Seperti rangkaian peristiwa krisis memperlihatkan faktor-faktor yang berinteraksi dengan krisis keadilan, seraya mata kita tertuju pada krisis corona, krisis iklim, krisis energi, dan krisis ekonomi global.

Hal ini, tidak berarti kita hanya memiliki cara berpikir berdasarkan ketunggalan kondisi kemakmuran atau kekayaan universal yang merata bagi umat manusia. Lain halnya, ketika krisis dilawankan dengan kemakmuran, yang diukur menurut nilai materi. 

Krisis serupa dengan ketidakpastian. Krisis sedikit demi sedikit buyar melalui transformasi dan perubahan dalam kondisi kebahagiaan dan kepastian. Sebaliknya, krisis memparadokskan perubahan.

Jika individu keluar dari krisis sepuluh tahun yang lalu, itu konsekuensi perubahan diri tanpa terbebani dengan kondisi pemulihan dirahi sekarang merupakan rahasia tersendiri. 

Lebih sedikit dari rahasia tidak membuat kita terbebas dari pengulangan, kecuali tindakan-tindakan tanpa tiruan lebih banyak daripada sekedar apa yang diucapkannya menentukan rangkaian peristiwa untuk perubahan demi perubahan, disusun secara teratur.

Rangkaian perubahan menawarkan sistem, ranah dan keadaan; ia tidak mencecerkan jejak-jejak, tetapi penciptaan baru tidak lebih dari rangkaian relasi. Bahwa kita terpaku untuk merahi kemakmuran, mengingat krisis, siklus, dan perubahan seakan-akan berdiri di depan kita.

Bagaimana orang makan roti hari ini daripada makan daging kambing guling di dunia mimpi. Kita ternyata enggan percaya dengan cara berpikir baru, yang memiripkan seseorang makan roti dan kambing guling dengan tanda kenikmatan dan kebebasan dijadikan ruang universal bagi manusia. Kemakmuran dan kebebasan direduksi untuk memiliki batas-batas dalam batasannya dirinya.

Tetapi, rangkaian peristiwa menjelaskan pada kita tentang hari-hari yang dimainkan oleh manusia, bagaimana tidak terjalin relasi antara peristiwa linear dan di luar aturan pikiran. Rangkaian relasi menggambarkan pada kita mengenai seseorang telah gembira hanya lantaran menulis sepucuk surat ke sang tokoh penting atau bukan main senangnya setelah makan apel di malam hari.

Serangkaian tanda-tanda dan kata-kata dimulai dari kekuatan yang saling berinteraksi antara manusia, relasi dan adaptasi didalamnya. 

Rangkaian peristiwa tidak terbentuk dari syarat berpikir logis dan bertindak teratur, melainkan penampakan rangkaian benda-benda secara teracak dan terproses dalam kegilaan yang tersembunyi dibalik suksesi bersifat mekanis dan relasi-relasi lainnya yang bersifat alami.

Setiap rangkaian peristiwa akan mencapai tanda perubahan jika tidak tergantung atas sejarah ilmu pengetahuan, bahkan sekalipun sejarah filsafat dengan proses dan ritme pemikiran dianggap baru, yang dirahi pun masih beraneka ragam, tetapi tidak berkembang-biak. 

Menyangkut mutasi yang dilibatkan dalam rangkaian peristiwa, kekuatan yang homogen hanya terpisah sesuai jenis atau tingkatan, niscaya rangkaian heterogen tidak dibentuk oleh jenis dan tingkatan yang sama.

Kadangkala kemunculan peristiwa yang berbeda berada dalam sifat dasar perubahan, yang memiliki mekanisme perkembang-biakan di luar pengertian organisme muncul dibelakang hari (melintasi permukaan peristiwa tertentu tanpa harus memenuhi tahapan ilmiah, kecuali hal-hal sama sekali berbeda).

Pergerakan rangkaian peristiwa ketemporalan memperlihatkan relasi-relasi yang mencirikannya bukan hanya sekedar sebagai jejak dan tanda bersama proses kegilaan yang terjadi sebelumnya. Kita berusaha untuk mencari rangkaian peristiwa kegilaan yang terjadi sesudahnya, yang melibatkan relasi-relasi lainnya dalam keadaan terus-menerus diperbaharui.

Boleh saja rangkaian relasi-relasi berkembang secara kausal, sirkular, antagonis, dan relasi saling menjalin antara berbagai peristiwa dan fakta yang terekam dalam arsip atau ingatan. 

Untuk satu atau lebih rangkaian yang berulang mungkin saja terjadi secara berbeda-beda, tertuju pada multi-rangkaian. Perbedaan muncul dari rangkaian menjadi multi-rangkaian. 

Karena itu, perkembangan dirinya tidak bisa ditiru penampakan wujudnya. Satu rangkaian berkembang tidak berarti ditandai oleh multi-rangkaian. 

Krisis kesehatan global yang terjadi bukanlah rangkaian tunggal. Krisis muncul dari rangkaian lain, yang saling mengiringi kasus kehidupan kolektif dan individual. Suatu rangkaian dibangun oleh alur dan jejak peristiwa di antara permukaan layar, terbungkus secara suksesif dan masuk akal, tetapi sesungguhnya berkecamuk dari dalam dirinya.

Ada pula rangkaian peristiwa yang bersembunyi dibalik pergerakan pasang surut, diskontinu dan dinamis. Jejak-jejak peristiwa menyingkap topeng siapa saja yang terlibat di permukaan di sebuah layar YouTube, yang terlihat lebih dekat. Bahkan bentuk perhitungan manusia dalam kasus matematika menganggap dalam dirinya mengandung algoritma melalui jaringan internet.

Terhadap kebenaran matematika menghadapi tantangan tersendiri ketika diterapkan melalui rangkaian peristiwa mendadak di bidang politik, demografi, dan hukum terkadang menjadi jejak-jejak peristiwa yang ditinggalkan manusia bersifat multi-rangkaian.

Lenyap satu rangkaian akan muncul rangkaian lainnya. Sebagaimana kita mengetahui, bahwa dalam ranah kasus matematika, bentuk relasi pergerakannya menunjukkan regresi linear. Selebihnya bisa dicomot dari rangkaian peristiwa-peristiwa suksesif yang bergerak secara melingkar terpusat. 

Sedangkan, perhatian pada kehidupan yang hingar-hingar, rangkaian peristiwa membentangkan garis dirinya yang bergerak secara berkelok-kelok, saling menyilang dan seringkali tidak terduga darimana munculnya.

Terlepas dari rangkaian, kita dapat menuntut kembali sumber rangkaian peristiwa dan relasi-relasinya tidak bersifat suksesif, memasuki rangkaian benda-benda dengan mana kata-kata eksis atau tidak dapat ditangguhkan dalam proses diakronis. 

Lebih aneh, dalam pergerakan mendadak, rangkaian ungkapan dan rangkaian indera, rangkaian peristiwa dan rangkaian tanda-tanda tidak bisa memecahkan tingkat kecepatan perhitungan terakhir dari rangkaian perubahan.

Karena kita masih tetap bergerak cepat untuk melacak jejak-jejak dan selaan-selaan muncul secara tersembunyi di balik jurang krisis. Anda mungkin sengaja berdiri persis di tepi jurang krisis bersama rangkaian relasi yang berbeda antara rangkaian peristiwa dan rangkaian tanda-tanda krisis. 

Agar kita tidak mengingkari gerak lamban, kita menutup celah dari penampakan wujud. Kita belum ingin membedakan mana peristiwa krisis dan siklus dan mana yang bukan. Termasuk, ketidakhadiran urutan kronologis, ketika diungkap tingkatan yang berbeda. Sebagian peristiwa terlihat sangat jelas dan sebagian peristiwa lainnya nampak sangat kelabu.

Perubahan alamiah ditandai lonjakan produks alat-alat komunikasi berbasis digital atau kebijakan peredaran mata uang. 

Sedangkan, rangkaian perubahan yang bersifat rekayasa melalui pemulihan ekonomi maupun model pembelajaran sekolah yang efektif di tengah pandemi. Belum lagi kebijakan atas perubahan iklim dan perubahan kebijakan atas keseimbangan ekosistem lainnya.

Khusus pilihan berdasarkan urutan kronologis bukan mustahil kembali pada perkembangan rangkaian peristiwa kecil terjadi saat ini. 

Justeru krisis bergema dari luar, dibandingkan peristiwa yang kadang terulang dan sangat langkah terjadi di sekitar kita.

Satu pihak, pengetahuan tertuju pada jaringan gerak, bentuk, ungkapan, dan indera sebagai 'penanda'. Pada pihak lain, ia diarahkan pada makna, pesan, isi, dan suara sebagai 'petanda' bagi rangkaian benda-benda yang dihubungkan dengan kesatuan rangkaian peristiwa atau mengarungi dimensi waktu yang berbeda.

Kita menyebutkan 'rangkaian benda-benda' sebagai penanda yang menandai dalam dirinya. Sebaliknya, kita menyebutkan 'rangkaian peristiwa', dimana ia dihubungkan secara timbal-balik pada lapisan materi atau dimensi lahiriah.

Pengetahuan diarahkan pada celah dan selaan, yang muncul dimungkinkan untuk menunda ketunggalan peristiwa, ia menjadikannya rangkaian demi rangkaian yang ditandai dengan perbedaan gerak lamban. 

Rangkaian peristiwa selalu disela oleh pergeseran waktu dan rangkaian benda-benda memadatkan gerak, bentuk, ungkapan, dan indera sebagai proses perubahan tidak pernah berhenti.

***

Hanya tanda-tanda perubahanlah bisa dijajaki kemungkinannya berinteraksi dengan jejak-jejak peristiwa, yang ditata kembali menjadi jalinan relasi antara kata-kata dan benda-benda yang membentuk ingatan kolektif melalui arsip, rekaman dan jejak-jejak materi lain.

Tatkala seseorang ingin melacak hal-hal yang kabur dari ingatan kolektif yang baru saja terlewatkan, termasuk masa lalu sebagai ruang peristiwa, yang disaksikan melalui arsip, rekaman gambar, dan tertulis sejalan dengan dinamika zaman (sekarang, bisa tersimpan dalam data digital terpadu).

Meskipun demikian, arsip dan rekaman atau catatan peristiwa yang mengiringi rangkaian perubahan berada jauh dibelakangnya tersusun dari bahasa ganda yang berinteraksi, yaitu 'teks-suara yang tidak terlihat' (bahasa lisan) dan 'teks yang terlihat' (bahasa tulisan). Pada awalnya terbentuk obyek-obyek dan kata-kata bergerak dari rangkaian pesan sebagai petanda diubah ke rangkaian media sebagai penanda.

Dari arsip dan kata-kata tertulis lainnya secara alamiah dan manual ke wujud tulisan dalam dunia virtual. 

Perubahan dan transformasi dengan rangkaian peristiwa tersembunyi diungkap sandinya terjadi di masa lalu dan masa kini, menyediakan keseluruhan dan sebagian dari ingatan kolektif. Peristiwa yang terjadi di masa kini kadangkala dibandingkan dengan jejak-jejak masa lalu.

Pada saat perbandingan terjadi di masa lalu, tidak serta merta perubahan akan menampilkan obyek-obyek atau wujud baru. Mungkin kita mencoba menemukan perbedaan-perbedaan teknik pengamatan dan diagnosis, indikator pemantauan, pelacakan mutasi dan sumber pandemi, faktor-faktor kemunculan krisis politik, ekonomi dan kesehatan beserta tanda-tanda siklusnya, termasuk bencana alam. 

Belum lagi kita melihat perbedaan jenis pernyataan dan penentuan strategi dan kebijakan yang tepat dan terpadu terhadap krisis, resesi dan bentuk kemunduran lainnya ke arah transformasi, dari ancaman kelaparan ke arah kondisi yang terbebas dari kelaparan. 

Kita lantas menggebu-gebu mengatakan, bahwa setiap obyek pembicaraan tentang penampakan suksesif dan retakannya lebih jelas sebagai rangkaian peristiwa. Transformasi tidak terbentuk hanya rutinitas makan roti atau gandum setelah mereka lapar di siang hari.

Perubahan dan transformasi datang dari alur dan tanda-tandanya sendiri. Penampakan wujud dilayani oleh alur dan tanda-tanda perubahan yang samar-samar, maka tidak ada lagi rangkaian kosa kata yang menerangi ruang kosong. 

Rangkaian kata-kata dan benda-benda terapung-apung di antara celah-celah kronologi, dibandingkan akar-akar peristiwa sejarah tercerabut dari lapisan materi atau dimensi lahiriah, selanjutnya tertanam kembali diantara perubahan dan transformasi. Wujud krisis apa yang nampak? Bagaimana mereka saling berangkaian?

Kita tidak bermaksud untuk membayangkan rangkaian peristiwa krisis, siklus atau resesi berubah drastis dalam beberapa waktu ke depan. 

Seseorang mungkin bisa menelusuri perbedaan besar di balik perbedaan kecil, bahkan melacak perbedaan paling kecil lagi yang terpilah, agar lebih jelas batas-batas tercapai karena batasannya. 

Batas-batas penampakan wujud yang harus dilalui oleh tanda-tanda, menjebak langkah kita untuk meraba-raba peristiwa yang belum terjadi.

Wabah penyakit yang menjangkiti, selanjutnya diisolasi, dicatat, didata, dan diberi proses penyembuhan. Setelah dinyatakan sembuh dari krisis ekologis menandai keseimbangan alamnya sendiri, mereka dibedakan statusnya sebagai orang sehat atau tanda kelestarian terpenuhi.

Dalam relasi-relasi kausalitas dan perubahan dibalik level krisis, siklus atau kemunduran dari kehidupan sebagai rangkaian peristiwa tidak dapat diputar-balikkan dengan nilai tanda yang telah terbentuk sebelumnya.

Apa yang nampak sebagai peristiwa medis yang mengalami puncak krisis kesehatan global juga menjadi faktor yang mengantarkan pertumbuhan negatif (ekonomi merosot di bawah angka nol), yang seiring dengan arus pergerakan spiral krisis, siklus bahkan resesi ekonomi yang kompleks.

Semua rangkaian peristiwa hingga mengalami kemerosotan yang parah dan kehancuran yang fantastis akan menjadi titik tolak perubahan, jika dipersiapkan syarat untuk mengantisipasi adanya kemungkinan topeng tidak tersingkap akan memakan waktu yang tidak singkat proses pemulihannya. 

Akar-akar sejarah diantarkan ke rangkaian peristiwa melalui akar-akar bahasa menjadi diskursus pengetahuan.

Setelah terbentuk rangkaian yang berbeda, kita berkeinginan keluar dari permasalahan pelik, ketika kemungkinan tanda perubahan kebijakan ekonomi dan kebijakan lainnya dapat ditetapkan dengan proyeksi yang diungkap secara lebih dini. 

Sementara, pilihan kebijakan untuk mencegah terjadinya kemungkinan di luar perkiraan sebelumnya melalui penetapan pilihan kebijakan resmi menjadi lebih jelas dalam proses pemulihan krisis atau resesi, yang berdampak luas sebagai satu rangkaian peristiwa. Perubahan-perubahan yang ingin dicapai di tengah krisis, siklus atau resesi adalah perubahan di level dan jenis peristiwa paling berpengaruh dan mencuatkan jejak-jejak dan tanda-tanda yang lebih sulit dilupakan.

Pilihan untuk perubahan ditetapkan mesti bukan lagi atas pertimbangan interval seimbang, melainkan cara untuk menetapkan berbagai tahapan penanganan krisis, siklus atau resesi tertentu berdasarkan peristiwa yang sama sekali tidak pernah terjadi sebelumnya. 

Dalam kasus yang berbeda, peristiwa yang tidak jarang berulang, kita hanya menyetel dan menyesuaikan level dan jenis peristiwa dalam dirinya. Akhirnya, kita secara cermat menerapkan metodologi paling tepat, agar seluruh rangkaian perubahan tidak terhambur-hambur di tengah jalannya proses dinamika dan titik temu pemikiran dan ide untuk berdamai hingga bermesraan dengan krisis.

Ada kemungkinan terjadi ketidaktepatan capaian target perubahan yang ditetapkan dibalik rangkaian peristiwa yang berbeda menurut level dan jenis, maka setiap orang terlibat didalamnya tidak perlu menyesal untuk menyesuaikan dan melompati salah satu dari proses dan tahapan perubahan yang diinginkan.

Dari segi proses dan tahapan, level dan jenis, kadangkala rangkaian peristiwa dimungkinkan tidak memiliki relasi-relasi yang membuktikan terjadi perubahan. Kembali pada hukum-hukum dan hal-hal penting yang menjadi tanda-tanda perubahan dalam periode tertentu tidak seluruhnya dapat diartikulasikan. 

Karena itu, pembentukan proses, perbedaan taraf, dan pergeseran tahapan mengiringi rangkaian peristiwa dengan relasi-relasi yang melebihi pengaruh kritisisme sosial, kepentingan politik, kesejahteraan ekonomi, dan keterbukaan publik.

Pada aspek lain, mereka menyaksikan permasalahan krisis muncul ke permukaan, tatkala perincian kronologis terungkap melalui sebuah jaringan kausalitas dan penanganan kembali relasi-relasi yang pernah ditelan oleh level dan jenis peristiwa krisis tertentu.

Suatu hal yang cukup menarik, bahwa kemungkinan terjadinya perbedaan prediksi tentang level angka ambang batas resesi tidak dapat dihindari dari masing-masing institusi. 

Di luar perhitungan institusi di masa yang sedang berjalan, tidak jarang tempat dimana peristiwa krisis menujukkan berbeda antara rangkaian alfabetik (a, b, c, d), yang bergerak secara linear dengan penampakan wujud sesungguhnya di hadapan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah menyatakan pertumbuhan ekonomi di atas lima persen aman dari resesi atau krisis ekonomi.

Tetapi, perbedaan prediksi terhadap apa-apa yang akan terjadi dalam kurun waktu kedepan menemukan jejak-jejak peristiwa, yang memberikan peringatan lebih dini tentang ancaman krisis atau resesi Indonesia akan berulang dengan jangkauan dampaknya berbeda. 

Penanganan kembali atas ancaman resesi karena kita melihat kelambanan perubahan. 

Lantas, saya dan Anda tidak lagi berdiri tegak di sisi faktor yang satu dan roboh di sisi faktor yang lain. Justeru perbedaan prediksi dari masing-masing institusi tidak membuat larut dengan kondisi yang terjadi.

Berharap pad pemerintah malahan akan menggerakkan perubahan melalui pemikiran dan ide pemulihan kondisi di tengah krisis tetap masih menyusun sebuah skenario, yaitu Indonesia bakal menjadi negara maju sekitar dua dekade ke depan.

Bagaimana mereka (dunia yang terancam dan sedang dilanda krisis atau resesi) menggambarkan relasi antara satu rangkaian dengan rangkaian lain dan menentukan relasi apa yang bisa menandakan perubahan ditandai dengan terlepasnya Indonesia dari krisis.

Dalam penentuan bentuk relasi bagaimana rangkaian-rangkaian yang berbeda digambarkan? Perinciaan kronologis sejenis apa yang perlu diciptakan, sehingga rangkaian peristiwa dan tanda-tanda memiliki faktor-faktor yang memiliki korelasi dengan rangkaian-rangkaian lainnya? 

Kita perlu mengingat, bahwa seluruh rangkaian indikasi numerik dan rangkaian variabel menjadi satu pertimbangan untuk melacak jejak-jejak peristiwa yang terjadi sebelumnya.

Agar kita menikmati totalitas rangkaian dan membuat kesempatan kedua kalinya setelah penanganan krisis atau resesi. Melalui rangkaian-rangkaian yang berbeda bukanlah bentuk relasi yang ditentukan oleh alat-alat pengukuran dengan unit umum yang dibentuk. 

Kesimultanan dari peristiwa krisis dijadikan penarikan kesimpulan yang terburu-buru akan menjadi permasalahan metodologis yang baru. Selain menghadapi permasalahan metodologis, kita juga menghadapi interaksi peristiwa krisis baru akan menimpah krisis yang lain.

 Rangkaian-rangkaian yang berbeda dimaksud untuk menggambarkan dan menentukan yang mana perbedaan berlipat-ganda menandai relasi antara level dan jenis, taraf dan durasi, antara alami dan rekayasa. 

Suatu hal yang tidak terhindarkan adalah 'rangkaian yang berbeda secara aktual dan mendadak'. Bagaimana menentukan pilihan tindakan dan praktik yang tepat dengan menggunakan metode analisis (entah bersifat kuantitatif maupun kualitatif), yang kenyataannya sering berbeda hasilnya di lapangan. 

Karena itu, krisis yang tidak terberi dan berbeda ditandai oleh kelahiran dan kemunduran kesadaran atas peristiwa krisis, maka sebetulnya krisis tersimpan dalam jejak dan sinyal yang tersembunyi.

Lalu, krisis mencuat kembali dalam rentang waktu yang belum diketahui kapan berakhirnya. Perbedaan akan terjadi dalam peristiwa krisis, ketika berlaku juga rangkaian perbedaan periode, wilayah, dampak, dan proses keberlangsungan masa pemulihan atau perubahan yang diinginkan. 

Serangkaian peristiwa krisis dimaksudkan bukanlah permasalahan yang lama menggumpal tiba-tiba meledak. Singkatnya, perbedaan krisis juga bukanlah permasalahan, tetapi terjalin kelindang dengan krisis sebelumnya.

Tindakan penanganan untuk perubahan dan transformasi yang mengiringi peristiwa tertentu bukanlah semacam salinan atau sebuah reduplikasi. 

Rangkaian menunjukkan penerimaan, bukan keengganan menerima 'perbedaan, keacakan dan kesaling-silangan', yang mungkin boleh saja terjadi. Bukankah 'metode analisis' dan 'pilihan tindakan' penanganan krisis atau resesi menuju perubahan yang diharapkan merupakan salah satu sistem pemikiran, yang dicoba diterapkan oleh institusi?

***

Bukanlah permasalahan jika kita mengurutkan kembali kesimultanan, perincian kronologis, perbedaan-perbedaan, batasan-batasan, jalin kelindang, dan asal-usul yang terpisah, melainkan satu atau lebih serangkaian peristiwa dan tanda-tanda yang sama. Suatu rangkaian yang pertama bukanlah sebagai penyebab rangkaian yang kedua dan seterusnya. 

Titik tolak krisis yang satu bukanlah sebuah jalinan kausalitas dan gerak linear bagi krisis lain, yang berbeda taraf dan durasinya. Misalnya, krisis pangan dipicu oleh krisis antara Rusia dan Ukrania. Telah diketahui, Rusia dan Ukrania penghasil gandum terbesar ketiga dan kelima dunia.

Karena itu, semuanya bergerak dari sebuah relasi. Kita tidak perlu mengeja ulang setiap pernyataan, jika terdapat rangkaian peristiwa yang sama, kecuali kita bisa melalui ambang batas relasi yang menggambarkan dan menentukan perubahan, melampaui setiap kemunculan relasi di balik peristiwa krisis yang menyangkut dirinya sendiri. 

Suatu rangkaian perubahan yang keluar dari rangkaian krisis yang berbeda, karena diambil dari keadaan terkantuk-kantuk menurut relasi antara tertidur dan terjaga. 

Tidak menjadi permasalahan apakah penampakan wujud berbeda atau mirip akan terjadi bisa dihubungkan dengan rangkaian peristiwa lainnya, karena boleh saja dipengaruhi oleh faktor kemungkinan pengulangannya.

Peristiwa krisis yang belum terjadi sekarang saja masih berkesan sebagai teori kemungkinan menurut hasil dan dampak yang ditimbulkannya. 

Sementara, perubahan hanya menurut perkiraan dan antisipasi terhadap apa yang akan terjadi kedepan belumlah cukup memadai, sekalipun telah ditemukan serangkaian variabel, jejak-jejak, dan sinyal-sinyal peristiwa yang pernah terjadi.

Satu perubahan dicampur-tangani oleh serangkaian relasi perangkat verifikasi atas obyek yang dapat diamati, relasi antara ukuran-ukuran yang bisa dinalar dan dialami, relasi antara sebuah wilayah penempatan secara spasial, titik koordinat, dan jarak, relasi antara keterlibatan dan keadaan. 

Dari rangkaian permasalahan sosial, ekonomi, kesehatan, politik, demografi, alam, ilmu pengetahuan hingga bahasa dikaitkan dengan peristiwa sejarah, ditulis melalui relasi-relasi menuju permukaan ruang dimana pengetahuan dibentuk.

Nanti terbetik dalam ingatan dan hasrat, ketika saya menanam atau berkebun jagung dahulu bukanlah rangkaian peristiwa, melainkan mengikuti jejak dan tanda masa manusia sebelumnya beserta penyesuaian-penyesuaian tercakup didalamnya. Suatu proses yang berjalan dimaksudkan bukanlah rangkaian perubahan. 

Saya bangun dari tidur, mandi, sarapan, dan berangkat bekerja. Mungkin, saya patut mengatakan, bahwa krisis adalah pasangan serasi yang hidup mesra dengan harapan, kesedihan, dan kegembiraan. Semuanya merupakan jalinan dari permainan kreatif yang berselang-seling dalam kehidupan. Orang boleh menolak krisis, tetapi begitulah adanya.

Pasangan hidup mesra dengan krisis menjauh dari ungkapan: "Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang." Makin didera oleh krisis demi krisis, makin lengket bak perangko. Makin resesi di depan mata, makin mesra dengannya. Kita anggap krisis sebagai simponi kehidupan, dimana ada suka, di situ ada duka, begitu pun sebaliknya. 

Kemarin, saya mendengar langsung dari teman-teman tentang fase pandemi akan berubah menjadi fase endemi. Kapan? Kita bersabar dengan segenap upaya ke arah sana.

Cuma ada yang menarik, ceritanya jika sudah fase endemi. Saya dan Anda semuanya akan menganggap krisis corona sudah terbiasa dijalani. 

Jika ada gejala yang mirip corona, orang-orang akan paham lebih menganggap krisis corona sebagai kisah yang sudah kadaluwarsa. 

Corona tidak lagi digembar-gemborkan. Buktinya, sudah banyak orang yang mencapai titik jenuh untuk memakai masker dan alat perlindungan diri lain. Sekali lagi, kita seperti pasangan hidup mesra dengan krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun