orang-orang tidak memberikan jalan yang perlu kita tempuh.Â
Siang hari itu, tidak ada yang bisa kita katakan. KetikaKita hanya mengatakan untuk tidak menyembunyikan ekspresi sesungguhnya. Kita tidak mampu berkata apa-apa lagi diantara teror yang melanda di setiap belahan dunia ini.
Dalam perselisihan nilai-nilai yang termerosotkan, saat celah hari-hari yang jatuh dan yang tidak bisa kita bedakan lagi mana pagi dan sore, yang mengakhiri titik kecemerlangannya. Kita mungkin terlalu lama meluap-luapkan semangat tersisa untuk menjajal kemampuan memahami sesuatu dan menemukan kemungkinan-kemungkinan memulai titik permulaan.Â
Dari pemikiran baru atau cakrawala mulai redup, dari pengetahuan mutakhir tentang manusia yang dibebankan pada mereka yang belum tentu mengerti apa yang akan terjadi esok.
Kita belum berakhir di sini untuk mengatakan, bahwa logika dan bahasa yang pertama tidak diprasyaratkan bagi perubahan-perubahan yang dinantikan kemunculan kembali bentuknya, yang sama sekali berbeda.
Penafsiran atas Teks dan Kedalaman yang Kosong
Mungkin suatu hari setiap orang akan menantikan datangnya cakrawala lain yang membuat kita tidak mengerti tentang sesuatu yang tidak terpikirkan.Â
Dalam benak kita, perubahan atau kehidupan yang berlanjut dihadapi dengan peristiwa yang rentan. Suatu perjalanan waktu yang mungkin terjadi secara melingkar, eksponensial, dan linear atau progresif, yang disubyektifikasi dengan jenis pengaturan biasa. Seperti, pemenuhan kesenangan hidup yang melimpah, dimana setiap orang akan menuju pada titik nadir, yang dipicu oleh kelenyapan makna.
Sejumlah pengalaman memungkinkan untuk memberikan pelajaran tentang kehidupan ideal. Setelah kewaspadaan atas ketidaksadaran, maka harapan setiap orang dalam kedamaian.Â
Tetapi, kedamaian sering dicarikan celah agar terenggut dari sisi kehidupan bersama. Kesadaran berbalik menghadang perubahan, yang acapkali tidak diharapkan.Â
Dulu, orang tua dan anak-anak saling tegur sapa atau memberi bingkisan ala kadarnya dengan senyum pada tetangga. Tegur sapa dan kebaikan yang tertanam dan tersebar selama ini tiba-tiba buyar. Kita sedang keluar dari wilayah pikiran dan nurani.