Pada masa kita sekarang ini, bahasa bersama kata-kata yang merasuk dalam sanubari tidak lagi menelantarkan kemanusiaan esensial sebagai tanda.
Teror diiringi dengan tamatnya filsafat dan akan kembali di tengah-tengah kita setelah “yang Sama” dan “sang Lain” betul-betul tidak menyimpang dari pemikiran maju, bahwa kita saudara dalam keberagaman.
Dalam benak kita sama sekali tidak terlintas ada upaya untuk membuka kedok masing-masing, karena tanda kemanusiaan dengan solidaritas yang terbangun telah menegasikan kedok tersebut.
Terdapat dua tanda dari bahasa kemanusiaan yang terbentuk pasca teror melalui solidaridas warga.
Pertama, gagasan persaudaraan hakiki dalam kespontanan yang tidak ternilai, dibandingkan benda-benda lahiriah yang mereka persembahkan, pertaruhkan, dan persembahkan dari satu warga ke warga yang korban.
Kemunculan wilayah bahasa dan logika kemanusiaan begitu aneh dan ganjil berupa pesan datang dari teks tertulis yang mengharukan dari warga.
“Saya begitu menyesal bahwa anda tidak aman di sini. Hati kami hancur karena kehilangan anda dan apa yang telah diberikan kepada keluarga anda. Ketahuilah bahwa kami akan tetap menjaga mereka dan mencintai mereka.” “Kami tidak akan pernah melupakanmu! Pergilah dengan damai dan cinta!” Untuk korban di tengah kelenyapan makna dan keruntuhan nilai kehidupan (secara relatif dalam pengetahuan Barat).
Kedua, dalam persfektif sosial dan politik, pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan tidak luput dari kehilangan pusat kekuatannya, kecuali memberikan perhatian yang lebih dekat dengan tanda kehidupan sekaligus kemanusiaan di tengah suasana keterbukaaan dan kedamaian, dalam keberagaman yang solid dan menyebar.
Tanda dikuatkan melalui rangkaian bahasa, logika dan proposisi antara pemikiran dan kehidupan menampakkan dirinya dalam tatanan yang diimpikan.
Mereka mengatakan: “Kehancuran mereka berarti kebersamaan bagi kami” begitu menakjubkan.
Tanda solidaritas dalam sejarah manusia dan pengetahuan yang dikembangkan tidak sekadar sebuah matriks potensi dan kondisi umum (pendidikan, kesehatan, kependudukan, tenaga kerja, iklim, geografi, pertanian, industri, perdagangan, jasa, transportasi, dan potensi lain).