Mohon tunggu...
Epa  Mustopa
Epa Mustopa Mohon Tunggu... Seorang Pendidik Yang Tersesat Menjadi Tenaga Kependidikan

Saya sangat suka menulis. Menulis apa yang saya ingin tulis. Dari tulisan kita bisa lebih meningkatkan kemampuan. Baik kognitif, afektif, emosional dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Petuah Bulan Setitik

5 April 2017   21:06 Diperbarui: 5 April 2017   21:19 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Koleksi peribadi"][/caption]Malam kamis hujan gerimis

Mengantar sebagian isak tangis

Handai taulan di depan badan

Cangkang ruh bernama tubuh

Dijemput maut semoga ke lahut

Disambut senyuman Tuhan

 

Bulan setitik ikut berbisik

"Kalian sebagai insan jangan menangis!"

Ruh badan miliknya Tuhan

Tak boleh dihak secara mutlak

Atas nama logika dan otak

 

Keluarga lain ikut prihatin

Membuka tirai kelambu pintu

Menengok fasien dengan mata tertutup paten

Diraba nadi takutnya pergi

Padahal,

Mereka bentengi nyeri di bawah mimpi

Napas keluarga terhembus lega

 

Bulan tak lagi berbisik,

Kali ini berseru memekik

"Hey kalian! Jangan takut datangnya maut!"

Karena takut maut, berpaling muka

Dari Wajah Sang Kuasa

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun