Hari ini adalah hari yang berat seolah dunia tidak berpihak padaku. Ya Allah. kapan aku bahagia ? aku menangkap sosok yang menemaniku pada saat jatuh bangun . Memberikan pelukan yang membuat aku nyaman, begitu hangat. Mencoba saling menguatkan meskipun cobaan ini tidak pernag usai.
Banyangan pertengkaran ayah dan ibu tadi siang masih terekam jelas dalam ingatanku. "lebih baik kita cerai saja!" iya aku gak kuat sama kamu,Mas!""
Dua kalimat yang mulai detik ini menjadi trauma untuk anak kelas 5 SD. Kalimat yang menjadikanku anak tanpa bapak. Tidak ada yang yang mengantarkanku ke sekolah karena ibu harus bekerja. Tidak ada yang mengendongku dengan tangan kekar saat aku lelah. Dan tidak ada lagi yang memberikan nasehat seperti dahulu. Aku anak yatim pisah hidup, begitulah orang menyebutnya.
Hingga 15 tahun berlalu, saya dapat peringkat kelas , ibumu pasti bangga, sekolah kami senang kehadiran anak cerdas sepertimu. wali kelas menyampaikan prestasiku di depan ibuku. Kucium pipinya yang basah, tak ada yang keluar dari bibirnya. Namun aku paham bahwa perjuangannya selama ini terbayar. Â Meskipun ini belum selesai. Masih ada biaya pendidikan di depan sana. Hari pertama masuk SMA jantungku berdegup kencang. Tas ransel hampir tidak ada isinya, tetapi langkah kaki begetu berat berkilo-kilo beban di pundak.
Creattt. astaga, rok baruku kena air, ekor mata menangkap pelakunya.
"Heiii kalian apa-apaan sih! kenal saja nggak!' perempuan berlaga premanmembentak dua orang pelaku. " jangan deket-deket ! dia kan anak sekolah sebelah kita, cuma beda level sih" dia berseteru lagi sambil memandang dengan jijik.
"Mulutmu tuh gak level! malu aku kenal sama kalian! gak tau berubah! yuk sini bareng aku jalannya." setelah membentak, perempuan itu menggandeng dan tak menggubris ocehan mereka.
Di dekat papan pengumuman perempuan yang tak kuketahui namanya, ingin mengatakan sesuatu. Dia menggerakkan tangan  dan mebuka tutup mata seraya mengatakan ." Hmm...maaf ya. Maafkan teman-teman saya. Mulut mereka itu kadang-kadang perlu diperba. Semoga kamu tidak sakit hati."
Aku mau menjawab permintaan maafnya tetapi ....
Aku pergi dul. Ada panggilan alam."Dia langsung pergi ke sisi yang berlawanan. Aku tersenyum ternyata dia lucu juga ya.
Aku melihat sekeliling.Ada papan pengumuman berisi info lomba, agenda mingguan, promosi komunita. event band..padat juga kegiatan disini,pikirku.
Selain papan pengumuman, terisi bagian tengan tengah sekolah dengan aula besar dan gagah. Disampingnya terhampar lapangan yang luas. Suasana pagi itu belum terlalu ramai karena aktivitas sekolah belum dimulai. Jam tanganku masih menunjukkan pukul 7 pagi, sedangkan sekolah dimulai pukul 8 pagi.
Masa sekolah berlalu begitu saja. Setahun,dua tahun, tiga tahun. Hari-hariku disekolah berjalan lancar meskipun Adit masih suka mengejekku dengan sebutan "kotor","hina,"orang ketiga",nikah siri". "pemenang kasus keluarga terbanyak " dan sebutan lain yang sudah biasa terdengar. Assalamualaikum, teman-teman. Bagaimana khabarnya ? Semoga sehat dan tetap semanagat. Pembahasan lanjutan kali ini mengenai struktur tumbuhan. Setelah bagian akar , batang,daun, bunga kita tidak boleh lupa dengan bagian sering kita makan, yaitu buah. Keunikan buah biasanya berkembangbiak dengan putik atau alat kelamin betina. Ia disebut bakal buah dan memngandung bakal biji. "Aku menggambarkan bagian putik dengan rinci di papan. Hari ini aku membagikan ilmu biologiku kepada teman-teman sebelum ujian semester. Sepertinya memang hobiku mengajar, karena mengajar membuatku senang apalagi melihat  mereka paham dan berterima kasih padaku.
Hahaha!'' Ditengah proses mengajar, ada suara tawa menggelegar. Aku dan teman-teman lainnya menoleh ke arah sumber suara.Â
Astaga,Adit lagi,di barisan paling belakag, terlihat Adit dan teman-temannya sedang asyik dengan gawainnya.
"Adit,Beni,Gery , maaf kalau tidak fokus belajar, silahkan cari tempat lain. Supaya tidak mengganggu yang lain.
"Eh,aku nyimak ko dari tadi. Lanjutin aja Qo."Adit cepat-cepat membela temannya. Entah membela atau pun tulus, aku tidak tahu.
Setelah memberikan bimbingan tambahan pada mereka dan tidak ada tanya jawab lagi, aku membubarkan kelas. Aku duduk menikmati suasana sekolah di sore hari.
"Capek ya? Ini minum dulu."Seseorang menjulurkan es kelapa muda. Aku langsung meminumnya . Segar!
"Makasih, ya kelas tambahannya. Kamu cocok jadi guru. Kepala sekolah juga lebih bagus."Dia berujar selagi aku menenggak minuman yang mendinginkan kepala ini.Â
"Terima kasih ." Aku ingin memberikan senyuman kepadany. Saat aku palingkan wajah, aku kaget. Kaget karena menyadari bahwa pemberi minuman itu Adit.
"Maaf ya kalau selama ini aku mengucapkan yang menyakitkan hati," katanya lagi sambil meletakkan martabak rasa cokelat kemidian pergi. Jujur, aku tidak tahu harus berkata apa. Namun, aku bersyukur bahwa hatinya sudah tidak jahat lagi.Aku segera pulang dengan membawa makanan kesukaanku.
Hri-hariku sama seperti biasa. Berangkat pamit ke ibu yang akan bekerja, lalu naik motor ke sekolah, belajar, sesekali mengunjungi perpustakaan, lalu pulang kembali ke rumah. Saat ujian selesai, teman-teman merasa lega karena sudah terbebas dari beban. Namun, justru diriku ada sesuatu yang hilang. Ya aku haus belajar. Jadi aku mencari kebahagiaan dengan cara mengajar les privat di rumah orang.
"Ayah, adek belajar dulu. "Muridku yang berusia 11 tahun pamit ke ayahnya yang baru pulang kerja.
Bapak...aku tidak pernah minta izin untuk belajar kepadamu. Aku belajar karena aku ingin. Aku iri kepada mereka yang memiliki bapak, bermanja kepadanya, kemudian di ajak pergi ke tempat wisata.
"Kak kenapa murung?" Tiba-tiba aku tersadar dari lamunan.
"Enggak. Yuk, belajar yang rajin supaya orangtua kamu bangga." kataku padanya sambil tersenyum
Pagi ini, matahari terlalu menyilaukan mata . Suasana pagi begitu dingin karena tanah yang basah oleh air hujan semalam. Dibebrapa rumah, masih terlihat sisa air menetes dari atap. Aku percaya, harmoni alam mendukungku untuk menerima pengumuman kelulusan sekolah dan universitas. Sudah tiga tahun aku menem[a diri dan kini hasil yang kuimpikan telah tiba.
"Selamat kepada Ananda Nur syahida. Meraih peringkat ke 1 se-Jawa Timur, Ananda juga menduduki peringkat ke 2 tingkat nasional. Dimohon kepada Ananda dan Orangtua untuk maju ke depan menerima penghargaan dari kami.
Senyumku begitu lebar. Sementara Ibu berkaca-kaca mendengarnya. Kami cepat-cepat bersiap ke depan. Aku todak boleh somobong. Inilah buktiku pada ibu bukan orang yang hina. beliau mampu mendidikku, memberikan yang terbaik layaknya orang tua lainnya, sehingga aku mebuatnya bangga. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI