Mohon tunggu...
Elesia
Elesia Mohon Tunggu... Administrasi - I'm a writer

Penulis CERPEN ANAK Penulis PUISI

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Andai Kita Disatukan, Tidak Diduakan (2)

23 Maret 2018   11:38 Diperbarui: 23 Maret 2018   15:25 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mia dan William pergi menemui Ryan hari itu juga ke rumah sakit.  Mereka mendapati Ryan yang di temani beberapa perawat memasuki ruang kemoterapi. Mia kembali menangis, kali ini ia menahan dirinya. Menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya  agar suaranya tidak terdengar.

William : Kendalikan dirimu, sayang?

Mia          : ... Ya ampun.. (Menyandar di bahu William) Dia tampak sekarat. (menatap William dengan wajah basah)

William : Kita tunggu disini saja (memapah Mia yang bahunya mulai bergetar)

Mereka menunggu hingga dua jam lebih, dan Ryan masih belum keluar dari ruangan itu. Kemudian Sindi, adik William yang kebetulan bertugas di rumah sakit hari itu melihat  mereka, dan segera datang menghampiri.

Sindi       : William? Mia! Kenapa kalian disini? Siapa yang sakit?


William : Teman kami Sin.. Kau sedang bertugas?

Sindi       : Seharusnya sudah selesai satu jam yang lalu, tapi aku harus menunggu pengobatan pasienku satu orang lagi. Teman kalian dirawat disini?

William : (Mengangguk)

Sindi       : Siapa namanya?

Mia          : Ryan, dia sudah masuk keruangan itu (menunjuk ruangan kemoterapi) dua jam yang lalu, tapi sampai sekarang belum keluar .

Sindi       : Oh.. Ryan. Itu teman kalian ya?

William : Kau kenal juga?

Sindi       : Dialah pasien yang sedang kutunggu sekarang. Jadwal kemo-nya kurang lebih 3 jam. Teman dekat?

William : (menatap Mia) Ia. Jadi kau tidak sibuk sekarang? Karena banyak yang ingin kami tanyanya tentang Ryan. (menatap Mia lagi. Ia tahu Mia lebih membutuhkan informasi itu dibandingkan dirinya)

Sindi       : (mengangguk, dan duduk disebelah William) Tanya saja, tapi ada informasi tertentu yang tidak bisa ku bicarakan tanpa seizing pasien.

Mia          : Bagaimana awal mula dia bisa begini? (Pertanyaan yang sifat jawabannya adalah menyuruh Sindi menceritakan dari awal sampai akhir kisah Ryan)

Sindi       : Mmmm... aku mulai dari mana ya. Oh, dua minggu sebelum kau membawa Mia ke rumah untuk pertama kali, itulah awal mula aku bertemu dengannya. Awalnya keluhannya sakit perut tapi tetap selera makan. Ia berpikir kalau ada semacam cacing pita di dalam tubuhnya. Ryan pucat sekali, tapi aku tidak berani melakukan tindakan langsung karena dokter yang pertama kali ia temui bukan aku. Kebetulan dokter itu keluar negeri, dan ia yang memiliki rekap pemeriksaan yang kata asisten dokter itu, pasien Ryan sudah hampir lima kali datang dan melakukan pemeriksaan.

Mia         : Apa dia memang terlihat sangat pucat? Kenapa aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya ya?

Sindi       : Hah? Maksudnya?

William : (mengibaskan tangannya) Sudah, lanjutkan saja ceritanya.

Sindi       : (Mengangguk) Karena ia sudah memohon-mohon padaku untuk segera dilakukan pemeriksaan bagian dalam perutnya, jadi aku memutuskan menghubungi dokter tersebut terkait semua data pemeriksaan Ryan sebelumnya. Esok harinya kami langsung melakukan endoskopi terhadap pasien dan hasilnya positive sakit parah

Mia         : Sakit apa?

Sindi      : Maaf kaka ipar, untuk bagian yang itu tidak bisa ku detailkan.

Mia         : (Mengangguk)

William : Terus??

Sindi       : Kemudian kami terus melakukan pemeriksaan dan memang hasilnya sangat mengejutkan. Penyakit itu cepat menyebar dan ia harus segera di obati dan di operasi. Jadi, kami harus melakukan kemoterapi terlebih dahulu selama beberapa kali, dan kemudian mengangkat penyakit itu dengan operasi besar bersama dokternya yang pertama kali, setelah ia pulang nanti dari luar negeri.

Mia          : Separah itu?

Sindi       : Tenang saja, ia akan sembuh. (menepuk pundak Mia) Awalnya aku ragu karena ia sama sekali tidak memberiku kabar kapan ia akan mulai kemoterapi nya yang pertama. Dan pas di hari kakak ipar datang kerumah, ia menghubungiku bahwa akan melakukan kemoterapi esok hari. Karena itu aku tidak bisa pulang kerumah karena harus mempersiapkan banyak hal di rumah sakit.

William : Apa dia menemuimu sendirian? Bagaimana dengan walinya?

Sindi       : Kupikir ia baru memberitahu keluarganya sehari sebelum kemoterapi pertamanya. Karena keesokan harinya ia bersama dengan seorang wanita, mungkin pacarnya.

William : (Memandang Mia)

Mia         : (Menggidikkan bahu sambil menggeleng) Mungkin itu sepupunya? Yang rambutnya pendek, pakai kacamata kan?

Sindi       : Ya, benar. Mungkin saja.

Mia         : Yang pasti itu bukan adik nya. Adik dan kedua orangtuanya meninggal, karena kecelakaan lalu lintas saat kami kelas 2 SMA.

Sindi       : Oh.. begitu. Apa dia teman dekatmu saat SMA?

Mia         : Dia.. (menunduk) mantan pacarku (nada pelan hampir tak terdengar)

Sindi       : (matanya membesar dan memandang William dengan ekspresi yang penuh tanya)

William : (Menggangguk kepada Sindi) Tapi Ryan adalah lelaki yang baik, ia teman kuliah ku juga.

Mia          : Apa sepupunya datang hari ini? Kenapa ia tidak ada disini?

Sindi       : Hanya kemoterapi pertama kaka ipar. Kemo selanjutnya, Ryan datang sendirian, tidak ada yang datang bersamanya lagi setelah kemo pertama (nada suaranya mulai meninggi).

Mia          : Apa dia tampak frustasi?

Sindi       : Awalnya sih, tapi banyak perawat dan juga dokter yang menyemangatinya agar tetap survive. (menatap jam tangan) oh, aku harus segera pergi, sebentar lagi ia akan selesai kemoterapi

Sepuluh menit setelah itu, Ryan keluar dari ruangan kemoterapi dengan kursi roda yang di dorong oleh seorang perawat wanita. William dan Mia hanya mengikutinya jauh dari belakang. Membiarkan Ryan masuk ke ruangan Sindi dan kemudian keluar lagi sampai ia di masukkan keruangan pasien. William dan Mia sama sekali ragu untuk masuk kedalam.

Sindi       : (menepuk pundak William) Sini sebentar.

William : (Mengangguk dan memberi isyarat ke Mia) 

Mia          : (mengangguk) Jangan lama-lama.



Sindi dan William duduk jauh dari ruangan Ruan. Mereka duduk di sudut ruangan yang biasanya sangat sepi, dan jarang dilewati pasien.

William : Ada apa? semuanya baik-baik saja kan?

Sindi       : Kau gila ya? Ku pikir kau yang sedang sakit disini, bukan hanya si Ryan itu.

William : Kenapa?

Sindi       : Kau bawa istrimu yang baru kau nikahi satu hari untuk menjumpai mantan pacarnya. Apa nggak kau yang sedang sakit disini?

William : Salahnya apa sih, Sin?

Sindi       : Oh, nggak salah ya. Melihat istrimu yang begitu khawatir dengan keadaan mantan pacarnya di depan matamu, kau baik-baik saja?

William : (Menggangguk)

Sindi       : Gila!  

William : Bukan hanya Mia, aku juga khawatir.  

Sindi       : (Melipat tangan, mendengus panjang) Baiklah, ku pikir kau memang sangat percaya pada Mia. Atau mungkin saja kau sudah buta (dengan nada pelan dan senyum sinis).

William : Dia tidak seperti yang kau pikirkan, Sin. Dia tidak akan menduakan aku di dalam hatinya.

Sindi       : Semoga.

William : Jadi bagaimana keadaan Ryan?

Sindi       : Kondisinya semakin memburuk, mungkin dia butuh lebih banyak dukungan untuk sembuh. Hari ini dia tidak bisa langsung pulang, takutnya dia semakin drop kalau tidak ada yang mengontrol pola makannya dan memperhatikan kesehatannya.

William : Baiklah. Apakah kau sudah mengabari tentang ini ke sepupunya Ryan?

Sindi       : Ryan yang tidak mau, Will. Dia mau melewati ini tanpa perlu merepotkan sepupu dan sanak saudaranya. Itu permintaannya untuk tidak membocorkan report kesehatannya ke keluarganya. (Mendesah panjang) Aku juga bingung.

William : (Mengangguk) Kau sebaiknya pulang, istirahat.

Sindi       : Baiklah.

William  : Terimakasih banyak

Sindi        : Hmm... Aku pulang dulu.

...bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun