Mohon tunggu...
Eliyani
Eliyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\nhttp://elysta-simplewish.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RINDU] Tuhan, Patahkan Tangannya

7 September 2016   15:53 Diperbarui: 7 September 2016   18:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

🍃

Aku lupa kapan terakhir berdo’a. Mungkin 8 tahun yang lalu ketika usiaku 9 tahun. Waktu itu, ibu mengenalkanmu padaku, ketika sedang rindu-rindunya pada ayah. Kamu mirip sosok ayah yang berkharisma, santai dan penuh kejutan. Kamupun mengajarkanku mencintai diri sendiri, mencintai ibu, dan..mencintaimu.

Ketika ibu meninggal, kamu adalah orang yang selalu ada didekatku. Menghiburku dan menganjurkanku untuk mendo’akan ibu. Kata kamu, Tuhan mendengar do’a orang yang ikhlas, pasrah dan teraniyaya. Maka aku berdo’a. Kamu tak segan menyediakan bahumu ketika aku gamang, sendirian, tak memiliki harapan masa depan.

Aku merasa nyaman, Dan. Aku mulai menyayangimu, karena kamu mirip sosok ayah. Tapi aku lupa caranya berdo’a, Dan. ketika ingat perjuangan ibu yang banting tulang mencukupi kebutuhan setelah kematian ayah, penderitaannya, tetes keringatnya, darahnya..,

Aku menangis sejadinya di bahumu. Kamu berhasil mengusap airmataku, membelai rambutku, menepuk pundakku, mengusap punggungku, mengelus dadaku, mulai mencumbuku,..dan..hiks. Seharusnya tidak sejauh itu bukaaan? Kamu ayah tiriku, Dan.

Aku berontak, tapi kamu makin menggila. Katamu, ibu tak pernah bersedia ketika dibutuhkan, lalu kamu berani membawa perempuan lain. Kemudian pertengkaran kamu dan ibu terjadi.

Sekarang kamu melampiaskannya padaku sampai aku remaja.

Aku merasa tersiksa, tersakiti dan teraniyaya, maka aku berdo’a:
Tuhan, tak ada yang lebih tulus selain cinta ibu. Bahagiakan ibu, Tuhan..dan patahkan tangan orang yang membunuhnya.

Setelah itu, aku tak pernah berdo’a. Aku marah. Aku tak pernah percaya lagi padamu,Dan. Aku membencimu, aku membenci diriku sendiri. Bagiku, cinta yang menyamar kenyamanan adalah bullshit.

Sekarang laki-laki lain mengantar cinta untukku. Dia masih dalam rahimku. Usianya tujuh bulan. Dia seharusnya memanggilmu kakek, bukan ayah. Aku akan membesarkannya sendirian, sepenuh hati. Dengan cinta tulus seorang ibu walaupun usiaku belum genap 18 tahun. Kehadirannya mengingatkanku untuk berdo’a yang baik-baik saja.

Hmm..aku rindu ibu, ayah, dan calon bayiku.
Aku rindu berdo’a pada Tuhan, karena terakhir kali aku berdo’a, Dia mengabulkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun