Hingga berujung tragis, ayah Ajis ditangkap polisi dan dipenjara. Empat hari sebelum penangkapan ayahnya, Ajis sempat dititipkan ke pondok pesantren Kiai Badrun di Kresikan.
***
Sore itu, Ajis sedang membersihkan pekarangan belakang yang banyak ditumbuhi rumput dan perdu liar, serta memasang lampu kamar mandi di belakang rumah. Ada gerak-gerik mencurigakan tak jauh dari rumahnya.
Seseorang terlihat mengendap-endap seperti mengintai rumahnya. Gestur orang itu mengingatkan Ajis pada sosok laki-laki yang ia lihat di mushalla, kemarin. Ajis belum sempat mendekat, ketika orang itu tiba-tiba menghilang begitu terdengar pintu samping rumah di buka orang.
Dari balik perdu melati yang sedang berbunga, Ajis menyaksikan ibu tirinya keluar bersama seseorang. Mereka berpelukan dan saling berciuman mesra cukup lama, sebelum akhirnya pria itu pergi menghilang di balik kerimbunan.
Darah Ajis mendidih, geram dan penasaran ingin tahu siapa laki-laki itu. Feeling-nya benar, selama ini ibu tirinya selingkuh, ayahnya sudah dikhianati.
***
Ajis masih khusyuk berzikir saat telinganya mendengar erangan dan desahan, rintihan aneh. Sejak pulang ke rumah, dari gerbang desa ia sudah merasakan aura kurang baik. Terlebih malam ini, hawanya ganjil, aneh terasa dingin sekali.Â
Ada aroma mistis wangi kembang hingga bau busuk menusuk hidung, kemudian berubah seperti bau orang menggoreng telur. Ajis menambah rakaat qiyamul lailnya.
Merasa bahunya ada yang menarik, tangan kanan Ajis reflek menangkis sambil berguling menghindar. Ajis terperanjat hingga tubuhnya membentur dinding.
Ibu tirinya berdiri mengangkang setengah jongkok dengan tubuh bugil. Rambutnya berubah putih panjang terurai acak-acakan. Wajahnya menyerigai seram. Sosok itu terus berubah wujud menjadi monster mengerikan.