Ajis membetulkan bebetan4) sarungnya dan bergegas menuju ndalem5) pengasuh, di pelataran terlihat beberapa santri masih berlalu-lalang.
"Assalamu'alaikum........"
"Wa'alaikumussalam, mlebu Nang." Â
Gemetaran Ajis perlahan beringsut masuk dengan menunduk tawaduk, mencium tangan Abah berkali-kali dan baru duduk bersila di depan Abah setelah dipersilakan.
"Wonten dawuh Kiai?"
"Kemasi barang-barangmu, besok ikut Ustaz Nara ke terminal." Titah Abah.
Ajis tak kuasa berucap, air matanya mengalir deras, hal paling ia takuti itu terjadi.Â
Abah dawuh, dirinya lebih dibutuhkan di rumah dan wanti-wanti jangan balik ke pondok sebelum dijemput. Ajis sesengukan mengangguk.
Hingga azan subuh berkumandang sahut menyahut di beberapa surau, termasuk masjid besar dalam pondok. Ajis masih di ruangan Abah, menerima wejangan.Â
***
Sebuah Mitsubishi Colt T120 warna biru toska meluncur di jalan perkampungan, mengusik pagi yang masih berselimut embun. Hawa udara sejuk menyelinap di kabin lewat jendela yang terbuka. Ajis duduk disamping Ustaz Nara yang di belakang kemudi, keduanya terlihat banyak diam.