Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Demit] Cinta Berselimut Kabut

17 Maret 2019   05:30 Diperbarui: 17 Maret 2019   05:39 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber;pinterest.com

Di mana letak kesalahanku, ketika Reno menjatuhkan pilihannya terhadapku? Terhadap gadis yang diselamatkannya dari cengkeraman malam yang mengerikan dan tak terlupakan seumur hidup.

Tapi, begitulah. Masyarakat begitu mudah terprovokasi serta sulit memaafkan. Atau--lebih tepatnya budaya kita adalah budaya nyinyir. Sekalipun pada kenyataannya orang yang dinyinyirin belum tentu bersalah.

Seperti aku. Aib itu sudah terlanjur tercoreng di sekujur tubuhku.

Aku tak lebih menjijikkan dari seonggok sampah yang hanya pantas dikerubuti lalat-lalat liar.

Sementara Reno. Ia adalah sosok pria tajir sejak lahir. Ayahnya seorang pengusaha terkenal yang asetnya merambah hampir ke seluruh penjuru dunia. Dan Reno, sebagai anak satu-satunya, tentu saja akan menjadi pewaris tunggal dari kerajaan bisnis menggurita yang dimiliki oleh Ayahnya.

Lalu sekali lagi, di mana letak kesalahanku? Apakah karena aku berasal dari keluarga miskin? Atau--karena aku pernah menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh segerombolan pemuda berandalan yang sedang mabuk di malam itu? Lantas mereka--orang-orang itu, menganggap  aku sama sekali tidak sepadan dengan Reno dan keluarganya yang memiliki derajad lebih tinggi.

Tapi banyak orang melupakan satu hal. Bahwa untuk cinta, harta dan materi bukanlah segala-galanya. Cinta ya cinta. Itu saja. Tanpa harus diikuti oleh embel-embel dan syarat lain. Sebab cinta itu berurusan langsung dengan masalah hati. 

Jadi persetan dengan segala tetek bengek yang mengatasnamakan cinta!

"Kedekatanmu dengan Reno bukan karena silau harta kekayaannya, bukan? Jika iya, maka kau pantas menyandang predikat kelompok perempuan Demit!"

"Demit?"

"Ya, demit. Demi duit!"

Kata-kata kasar dan memerahkan telinga itu kudengar dari mulut nyinyir Nikita. Sepupu jauh Reno.

Sungguh, kalau bukan karena sangat mencintai dan menjaga nama baik calon suamiku itu, mungkin sudah kuremas habis mulut perempuan lancang yang berdiri dengan angkuh di hadapanku itu.

Tapi tidak. Aku tidak akan melakukannya. Karena aku tidak mau berurusan dengan orang-orang yang menaruh dengki terhadap hubungan cinta kami.

"Jaga bicaramu, Niki. Jangan samakan Rani dengan dirimu yang selalu kalap setiap melihat materi dan harta melimpah ruah," suara Reno yang lembut saat membelaku, sungguh membuat perasaanku yang semula kacau balau berubah menjadi tenang.

***

Fitting baju pengantin sudah rampung. Tinggal menunggu hitungan hari. Jika semua berjalan lancar, tak sampai satu minggu ini aku sudah akan menjadi Nyonya Reno Darmawan.

Ya. Aku akan tinggal di rumah besar dan bagus. Menikmati segala fasilitas mewah yang ada. Ini benar-benar membuatku seperti tengah berada dalam dunia mimpi. Aku seperti putri dalam dongeng yang tiba-tiba bertemu seorang pangeran dan diboyong ke istananya untuk dijadikan permaisuri.

Tapi apakah mimpi indah itu akan benar-benar terwujud? Apakah semua rencana yang sudah kami rancang akan berjalan dengan mulus?

Pikiran cemas dan was-was itu sempat terbersit di dalam benakku. Hingga aku tak menyadari mobil yang membawaku berbelok ke arah yang tidak seharusnya.

"Ron! Kau mengambil arah yang salah!" aku mengingatkan Ron, sopir pribadi yang diberi mandat oleh calon suamiku untuk mengantar dan menjemputku. Tapi sepertinya Ron tidak mendengarku.

"Ron! Ini bukan jalan menuju rumah calon mertuaku, bukan?" sekali lagi aku menegur Ron. Dan entah mengapa, aku mendadak merasa curiga. Jangan-jangan Ron sengaja tidak mendengarku.

Dan, benarlah kekhawatiranku. Kulihat Ron mengangkat ponselnya yang berdering lalu bicara dengan seseorang.

"Yup, Niki! Target sudah dalam genggaman. Sebentar lagi akan kuantar ke tempatmu," Ron melirik sejenak ke arahku melalui kaca spion.

Niki? Nikita sepupu Reno?

Tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Sejenak aku menyadari. Ada sesuatu. Ya. Sesuatu. Semacam persengkongkolan antara Ron dan perempuan itu.

Kukira aku tidak boleh membuang-buang waktu. Aku harus segera bertindak! Aku mesti menghubungi Reno.

Aku merogoh isi tasku. Dan aku terpekik kecil. Ponsel di dalam tasku raib!

"Kau telah merampas ponselku, Ron?" tanyaku dengan suara bergetar menahan emosi. Ron tidak menyahut. Lelaki itu hanya mengumbar tawa. Tawa licik yang membuatku tiba-tiba merasa gugup dan takut.

"Hentikan mobil ini, Ron! Turunkan aku!" aku berusaha membuka pintu mobil. Mengguncang-guncangkannya. Tapi sia-sia. Pintu tetap bergeming tak bergerak.

Ron menambah laju kecepatan mobil. Jalanan sepi yang kami lalui kian menanjak dan menikung.

Sampai beberapa detik kemudian, braaaaak!!!

Moncong mobil menabrak pembatas tepi jalan. Mobil oleng kekiri. Berputar-putar berkali-kali. Kemudian terbalik. 

Aku merasakan wajahku hangat oleh lelehan kental berbau anyir.

Setelahnya, semua menjadi gelap. 

Aku tak ingat apa-apa lagi.

Bersambung...

***

Berani uji nyali? Lanjutkan cerpen ini! Buat ending sesuka kalian!
Syarat:
-Tak ada batasan jumlah kata, genre bebas, hindari unsur SARA
-Beri [Demit] di awal judul & setor link cerpen di kolom komentar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun