Ibu duduk di sampingku.
“Perjanjiannya hanya tiga kali, Peb. Dan ia telah melewati ujian dengan baik.”
“Kukira....”
“Kau mulai suka padanya, Peb?” Ibu menatapku. Wajahku mendadak bersemu merah.
Ting-tong!
Ibu berdiri dari duduknya, melangkah ringan menuju ruang tamu. Sebentar kemudian kudengar ia berbincang-bincang dengan seseorang.
Oh, aku seperti mengenali suara tamu yang tengah bicara dengan Ibu itu!
Aku pun bergegas beranjak menyusul Ibu.
“Dessy?” suaraku tercekat. Kulihat Dessy tengah berakrab ria bersama Ibu.
“Kalian sudah saling kenal?” aku menatap Ibu dan Dessy secara bergantian.
“Pebriavov! Coba perhatikan baik-baik. Andai Dessy menutup wajahnya dengan kerudung ini, siapa yang akan kau lihat?” Ibu menunjukkan kerudung warna hitam ke arahku. Aku termangu. Darsih?