PETRUK & GARENG PRESENT: "CINTA DITABOK, BENCI DIPANGKU"
Fiksi ala Angkringan: Kopinya pahit, ceritanya manis getir Oleh: Eko Windarto (dalam bayangan Petruk yang galau maksimal)
Â
Dulu aku kira cinta itu kayak nasi kucing: sederhana, cukup, dan murah meriah. Tapi ternyata, kalau udah dibumbui emosi, bisa berubah jadi sego oseng sambel setan -- panas di mulut, pedas di hati. Dan kebencian? Nah, itu kayak gorengan sisa semalam: keras, berminyak, dan bikin perut mules.
Aku kenal cinta dan benci bukan dari novel atau puisi. Tapi dari mantan. Namanya Mawar (bukan nama sebenarnya, karena nama aslinya lebih ke arah Mustasyar). Mawar ini unik. Kadang bikin aku pengin peluk, kadang pengin aku lempar pakai pasal 27 ayat 3 UU ITE.
Sampai suatu malam, dia datang dengan mata sendu dan bibir miring kayak emot kecewa di WhatsApp.
> "Kamu benci aku, ya?" katanya.
Â
Aku yang lagi ngopi di beranda langsung kaget, hampir keselek gorengan.
> "Lho, kok benci? Cuma... ya, kadang pengin kamu dicabut dari daftar kontak darurat BPJS."
Â
Dia diam, aku bingung. Tapi dalam diam itu, aku sadar: ini bukan soal benci, ini soal jujur.
GARENG NYELUTUK:
"Cinta itu seperti SK pengangkatan PNS, lur. Ditunggu lama, dapatnya senangnya setengah mati. Tapi setelah dijalani, kadang pengin ngundurkan diri diam-diam."