Waktu terus melaju. Menindas rasa. Berpacu dalam usaha. Yang katanya tanpa bukti. Karena tak ada lagi yang baik dimatamu. Semua keparat dari dulu. Nikmat apa lagi yang kau dustakan?
Hanya karena kau sudah menikmati rasanya. Tentang sang pengganti. Dan jadilah aku kambing hitam. Sang tersangka. Demi pembenaranmu sendiri. Benar menurut sang sutradara bangsat. Pujaanmu.
Kau ingin karma menimpaku. Agar kau puas memuja dendam. Jadilah tanpa asa. Berbalut duka. Tanpa makna. Tapi yang kau tuntut diriku. Bukan dia yang mereguk nikmatmu. Drama apa ini?
Jadilah aku orang tak becus. Yang dicuri haknya. Dirampok kebahagiaannya. Tapi aku yang dipersalahkan. Mengganggu bahagiamu bersamanya.Â
akupun jadi tersangka. Sementara bajingan itu leha leha. Setelah mereguk surga. Lalu tertawa bahagia. Nikmatilah, aku pasrahkan permainanmu. Aku tak membalas. Karena masih ada Tuhan yang akan mengadilimu. Sudah kebalkah duhai Arjuna laknat?Â
Aku terima hinaanmu. Demi pembenaranmu bersamanya. Kau sudah nodai. Kau sudah rusak sendiri. Tapi demi dendam, itulah kebenaran. Tapi menurutmu dan dia. Gusti Allah Mboten Sare. Tak perlu drama.Â
Malang, 4 Maret 2021
Oleh Eko Irawan